صِفَة دُوا فُولُه
Segala puji bagi Allah
Rabb sekalian alam. Shalawat yang sempurna serta salam yang
sempurna atas junjungan kita Nabi Muhammad dan atas keluarga serta para
shahabatnya sekalian.
Ni’mat Islam dan ni’mat
Iman adalah ni’mat yang sangat besar yang Allah berikan kepada ummat
Islam. Keduanya adalah syarat untuk dapat memasuki syurga dengan kekal di
dalamnya dan selamat dari siksa api neraka dengan berbuat tha’at kepada
AllahSubhanahu wa Ta’ala. Maka wajiblah atas tiap mukallaf (aqil baligh) bahwa
ia mengetahui segala rukun Islam dan rukun iman agar ia bersyukur kepada
AllahTa’ala dengan mengamalkan amalan-amalan keduanya yang hanya dapat diterima
Allahbila kita memiliki ilmunya.
Rukun Islam yang pertama
ialah mengucapkan dua kalimah syahadah. Ilmu tentang ma’na dua kalimah syahadah
itulah yang disebut ushuluddin atau ilmu tauhid. Wajib bagi setiap mukallaf
untuk mengenal Allah‘Azza wa Jalla dengan segala SifatNya yang wajib bagiNya
dan yang mustahil padaNya, serta yang harus padaNya. Demikian pula yang wajib
bagi Rasul ’alayhimush shalatu wa sallam dan yang mustahil, serta yang harus.
Adapun ilmu tentang rukun Islam yang lain termasuk ilmu fiqih, yang wajib atas
tiap mukallaf mengetahuinya untuk kesempurnaan ibadah. Rasulullah SAW bersabda
(yang artinya), “Tiap orang ber’amal tanpa ilmu, maka ‘amalnya itu ditolak,
tidak diterima.” Beliau SAW juga bersabda, “Menuntut ilmu itu wajib atas tiap
muslim.”
Dalam kitab زبد
dikatakan, “Yang pertama kali wajib atas manusia ialah mengenal Allah dengan
yaqin.” Dalam kitab Khuthbatul Habib Thahir bin Husain dikatakan, “Ketahuilah
wahai saudaraku bahwa ushuluddin ialah mengenal Yang disembah sebelum
menyembah, dan itulah hakikat ma’na kalimah syahadah.”
Jika telah diketahui
kewajiban ma’rifatullah Ta’ala atas tiap mukallaf, maka diketahui olehmu bahwa
ma’rifatullah adalah jazim (yang putus, yang tiada ragu lagi) dan mufaqah
(sesuai) pada haq dengan dalil.[1]
Adapun dalil adalah hal yang menunjukkan kebenaran suatu perkara. Sedangkan
dalil wujudnya AllahTa’ala dengan segala SifatNya cukup dengan dalil ajmaly
(keadaan langit, bumi, dan yang di antaranya). Firman AllahSubhanahu wa Ta’ala:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لأولِي الألْبَابِ
Artinya: Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang memiliki ‘aqal. (Ali ‘Imran: 190)
Hukum ‘Aqly
Hukum ‘Aqly ada tiga, yaitu:
1. Wajib, artinya perkara
yang tidak boleh tidak akan adanya bagi ‘aqal fikiran.
2. Mustahil, artinya
perkara yang tidak boleh tidak akan tiadanya bagi ‘aqal.
3. Jaiz, artinya perkara
yang adanya dan tiadanya dapat diterima ‘aqal.
Hukum Syar’i
Hukum syar’i ialah perintah Allah Ta’ala atas perbuatan
mukallaf (yang diberatkan/ yang diberi tanggung jawab), maka disebut perintah
yang memberatkan (taklif) disebut juga sebagai perintah yang jelas, sebab
ditentukan syaratnya atau sebabnya.
Hukum syar’i ada tujuh, yaitu:
1. Wajib, artinya perkara
yang jika dikerjakan mendapat pahala dan jika ditinggalkan mendapat dosa.
2. Sunnah, artinya perkara
yang jika dikerjakan mendapat pahala.
3. Haram, artinya perkara
yang jika dikerjakan mendapat dosa dan jika ditinggalkan mendapat pahala.
4. Makruh, artinya perkara
yang jika dikerjakan tidak mendapat dosa, tetapi perbuatan tersebut tidak
disukai Allah dan jika ditinggalkan mendapat pahala.
5. Mubah, artinya “harus
syar’i”, yaitu perkara yang jika dikerjakan ataupun ditinggalkan tiada mendapat
dosa atau pahala.
6. Shahih (sah), artinya
perkara yang lengkap segala syaratnya dan segala rukunnya.
7. Bathal, artinya perkara
yang kurang syaratnya atau rukunnya.
Hukum ‘Ady (Adat/Kebiasaan)
Hukum ‘ady
artinya menetapkan suatu perkara bagi suatu hal, atau menetapkan suatu perkara
pada suatu hal dengan alasan perkara tersebut berulang-ulang.
1. Pertambatan/penetapan
keadaan suatu perkara dengan keadaan perkara lainnya. Misalnya keadaan kenyang
dengan keadaan makan.
2. Penetapan ketiadaan
suatu perkara dengan ketiadaan perkara lainnya. Misalnya ketiadaan kenyang
dengan ketiadaan makan.
3. Penetapan keadaan suatu
perkara dengan ketiadaan perkara lain. Misalnya keadaan dingin dengan ketiadaan
selimut.
4. Pentapan ketiadaan
suatu perkara dengan keadaan suatu perkara lain. Misalnya ketiadaan hangus
dengan adanya siraman air.
Sekarang anda telah mengetahui perbedaan wajib syar’i
dengan wajib ‘aqly. Jika disebutkan wajib atas tiap mukallaf maksudnya ialah
wajib syar’i. Jika disebutkan wajib bagi Allah Ta’ala atau bagi Rasulullah,
maka maksudnya ialah wajib ‘aqly. Jika dikatakan jaiz bagi mukallaf, maka
maksudnya jaiz syar’i. Jika dikatakan jaiz bagi Allah Ta’ala, maka maksudnya
adalah jaiz ‘aqly.
Yang wajib
pada Allah ‘Azza wa Jalla dengan tafshil disebut sifat dua puluh, yang telah
berdiri dalil ‘aqly dan naqly atasnya. Wajib atas tiap mukallaf mengetahui
dengan ijmaly saja didalam perkataan (bersifat Allah Ta’ala dengan setiap
sifat kesempurnaan. Adapun yang mustahil pada Allah ‘Azza wa Jalla dengan
tafshil ada 20 perkara, yaitu lawan dari dua puluh sifat yang wajib bagi Allah
‘Azza wa Jalla. Yang mustahil pada Allah ‘Azza wa Jalla dengan ijmaly yaitu
yang ada di dalam perkataan “Maha Suci Allah dari dari setiap sifat kekurangan
dan dari perkara yang terbayang (terbersit) di hati.”
وُجُودٌ Wujud (ada).
Mustahil ‘adam (tiada).
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي
سِتَّةِ أَيَّامٍ
Allah Yang
Menciptakan langit dan bumi serta yang berada diantara keduanya… [QS. As Sajdah
(32) : 4]
Tuhan haruslah
Ada, mustahil Tuhan itu bersifat tidak ada. Sesuatu bisa disebut Ada, kalau ia
ada dengan sendirinya. Sebab ‘Ada’ adalah kata aktif, bukan pasif. Jadi segala
sesuatu yang ‘diadakan’ maka dia bukanlah Tuhan, sebab sifatnya ‘diadakan’,
bukan ‘Ada’. Umpamanya ada orang lumpuh, dia dibantu dan digerakkan atau
diposisikan sehingga ia berada pada posisi duduk. Maka sebenarnya ia tidak
duduk akan tetapi didudukkan. Ketika ia ditopang oleh orang lain sehingga berada
pada posisi berdiri, sebenarnya ia tidak berdiri, melainkan didirikan. Tuhan
tidak diadakan. Tuhan itu Ada tanpa diadakan.
Tidak pantas
jika kita menyembah sesuatu yang diciptakan. Tidak pantas jika manusia
menyembah Isa as., Uzair as, patung, Fir’aun, pohon, dewa-dewa, jin, malaikat,
dsb. Sebab mereka semua diciptakan. Sesuatu yang diciptakan bukanlah Tuhan.
Justeru Tuhan itulah yang mencipta segala yang ada. Allah berfirman dalam Al
Qur`an surah Al-Anbiya` ayat 30 yang artinya:
Dan apakah
orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya
dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari
air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga
beriman? [Al-Anbiya`: 30]
Kemudian Dia
menuju langit dan langit itu masih merupakan kabut. Maka Dia menjadikannya
tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya.
[Fushshilat: 11-12]
Dan langit itu
Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar
meluaskannya. [Adz-Dzariyat: 47]
Bahwa pada mula
pertama dijadikan Allah akan langit dan bumi. Maka bumi itu lagi campur baur
adanya, yaitu suatu hal yang ketutupan kelam kabut; maka Roh Allah
berlayang-layang di atas muka air itu. [Kejadian 1:1-2 TL]
Pada tahun 1929,
A.E. Hubble seorang astronom berkebangsaan Amerika menghadirkan sebuah penemuan
besar. Ketika mengamati bintang-bintang dengan teleskop raksasa,
ia mendapati cahaya dari bintang-bintang itu berubah ujung spektrumnya menjadi
merah. Hal ini berarti, bintang tersebut menjauh dari tempat observasi. Artinya
bintang menjauhi bumi secara tetap. Sebelumnya ia juga mendapati bahwa
galaksi-galaksi dan bintang-bintang bergerak saling menjauh satu dengan yang
lainnya. Ini menjelaskan bahwa ternyata alam semesta meluas, “Tidak statis
sebagaimana diklaim oleh kaum atheis. Alam semesta yang meluas ini menunjukkan
bahwa jika alam semesta dapat bergerak mundur dalam hal waktu, maka didapati
bahwa alam semesta berasal dari ‘titik tunggal’. Perhitungan menunjukkan bahwa
titik tunggal ini, mengandung pengertian semua zat atau materi yang ada di alam
semesta, mempunyai ‘volume nol’ dan ‘kerapatan tak terbatas’. Alam semesta
tercipta melalui ledakan titik tunggal yang bervolume nol ini. Ledakan luar
biasa dahsyatnya yang disebut Ledakan Dahsyat (Big Bang) ini menandai
dimulainya alam semesta. Adapun yang dimaksud dengan ‘volume nol’ adalah
ketiadaan.”
Ini adalah bukti
bahwa agama Islam bukanlah takhyul. Sebab keyaqinan bahwa alam semesta itu
diciptakan oleh Allah dapat dijelaskan secara ilmiah. Justeru teori yang
mengatakan bahwa alam semesta ini tidak diciptakan itulah yang merupakan
kepercayaan takhyul yang tidak logis, tidak masuk aqal, tidak ilmiah, jahil,
sesat. Jika tidak diatur oleh Allah, mana mungkin sebuah ledakan dahsyat dapat
menghasilkan tatanan yang teratur seperti yang kita lihat pada alam semesta. Sebagaimana
kita ketahui, setiap ledakan itu hanya menghasilkan kekacau-balauan. Tidak
mungkin ledakan dinamit menghasilkan bangunan megah yang kokoh dan indah. Tanpa
Kekuasaan Allah, tentu zat-zat itu akan berhamburan tanpa kontrol. Tetapi pada
kenyataannya, setelah peristiwa Big Bang, zat-zat itu bergerak dengan kecepatan
dan arah yang sangat terkendali. Tentu saja Allah Yang telah menahan zat-zat
tersebut agar tidak berhamburan tanpa kendali.
Allah Ada bukan
dengan diadakan, tetapi Allah memang bersifat Wujud (Ada). Allah ada dengan
SendiriNya. Sedangkan makhluq pada haqiqatnya tidak ada, melainkan diadakan.
Jelas beda antara ada dengan diadakan. Itulah salah satu ma’na kalimat tauhid
(LAA MAUJUD ILLALLAAH)
Maka patut bagi
mu`min mu’taqad untuk berdzikir kepada Allah Ta’ala pada tiap yang maujud.
Dzikir itu dapat dilakukan dengan banyak cara, misalnya dengan menyebut Asma
Allah atau memujiNya dengan lisan dan juga meyaqini dengan hati; bisa juga
dengan mengingat ni’mat yang telah Allah berikan; berfikir tentang keindahan
dan keteraturan yang ada pada ciptaan Allah termasuk diri sendiri; mengambil
pelajaran dari tokoh-tokoh terdahulu; mengambil pelajaran dari musibah dan
peristiwa; dsb.
قِدَمٌ Qidam (Terdahulu). Mustahil huduts (baru) atau didahului oleh
ketiadaan.
هُوَ الأوَّلُ وَالآخِرُ
Dia Yang Awal
dan Yang Akhir. [Al Hadid (57) : 3]
Tuhan haruslah
yang terdahulu. Tuhan tidak didahului oleh ketiadaan. Sesuatu yang diawali
dengan ketiadaan berarti sifat aslinya adalah tiada. Sedangkan kita sudah
sepakat bahwa Tuhan itu sifat aslinya adalah ‘Ada’. Dia Ada karena Dia memang
Ada, jika diawali ketiadaan, kemudian menjadi Ada, lalu siapa yang membuat dia
menjadi ‘Ada’? Maka yang membuat menjadi ‘ada’ itulah Tuhan, dan Tuhan tidak
mungkin diadakan. Tuhan haruslah Terdahhulu.
Maka tidak
pantas kita menyembah sesuatu yang didahului oleh ketiadaan. Astrofisikawan
terkenal, Hugh Ross menuturkan, “Jika permulaan waktu bersamaan dengan awal
keberadaan alam semesta, seperti dijelaskan teorema-angkasa, maka penyebab alam
semesta harus merupakan kesatuan yang berfungsi dalam suatu dimensi waktu yang
sepenuhnya terpisah, dan sudah ada sebelumnya. Kesimpulan ini sangat penting
untuk pemahaman kita tentang Siapa Yang Tuhan dan siapa/apa yang bukan Tuhan.
Rabb bukanlah alam semesta (makhluq) itu sendiri dan tidak terkandung dalam
alam semesta (baik ruang maupun waktu).”
Dia tiada
beranak dan tiada pula diperanakkan. [QS. Al-Ikhlash (112): 3]
Dia Yang Awwal
dan Yang Akhir. [QS. Al-Hadid (57) : 3]
Akulah Yang Awal
dan Akulah Yang Akhir, tidak ada Allah selain daripada-Ku. [Yesaya 44: 6]
Allah itu Wujud
(Ada). Itulah Sifat Allah. Sedangkan ‘adam (tiada) bukanlah Sifat Allah. Allah
tidak didahului ketiadaan. Ketiadaan itu ciptaan Allah. Apa yang selain Allah
haqiqatnya (sebenarnya) tidak ada. Allah Ada walaupun makhluq belum diadakan.
Allah bersifat Qidam (Terdahulu). Sedangkan makhluq adalah yang terkemudian.
Manusia dan jin itu tidak ada. Lalu Allah menciptakan keduanya. Ada yang
diciptakan kafir dan ada yang diciptakan mu`min.
Maka patut bagi
mu`min mu’taqad untuk bersyukur kepada Allah‘Azza wa
Jalla yang telah menjadikan kita mu`min dan muslim dengan taufiqNya.
بَقَاءٌ Baqa` (Kekal).
Mustahil binasa (fana) atau dihubungi/mengalami ketiadaan.
وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلالِ
وَالإكْرَامِ
Dan kekal Dzat AllahYang mempunyai
Kebesaran dan Kemuliaan. [Ar Rahman (55) : 27]
Tuhan haruslah kekal, tidak mungkin
Tuhan itu sementara. Allah Ada, Allah adalah Yang Akhir, ketika semua makhluq
telah binasa, Allah tetap Ada. Allah tidak mengalami sakit, tidak mengantuk, tidak
tidur, tidak lelah, apalagi binasa.
Allah, tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus
mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang
di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa
izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang
mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang
dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa
berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. [QS.
Al-Baqarah (2): 255]
Tidakkah
kautahu, dan tidakkah kaudengar? TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi
dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak
terduga pengertian-Nya. [Yesaya 40:28]
Maka tidak
pantas kita menyembah sesuatu yang mengalami sakit, lelah, apalagi binasa.
Dalam Alkitab dikatakan:
Di situ terdapat
sumur Yakub. Yesus sangat letih disebabkan perjalanan, sebab itu ia duduk di
pinggir sumur itu. [Yohanes 4: 6]
Sekonyong-konyong
mengamuklah angin ribut di danau itu, sehingga perahu itu ditelan gelombang,
tetapi Yesus tidur. [Matius 8: 24]
Disebabkan alam
semesta -termasuk kita- tidak kekal, maka sudah semestinya kita mempersiapkan
diri untuk menghadapi kematian dan hari berbangkit.
Dan janganlah
kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan
berdo`alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan
dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang
berbuat baik. (Q.S. Al-A’raf: 56)
Maka apabila
malapetaka yang sangat besar (hari kiamat) telah datang. Pada hari (ketika)
manusia teringat akan apa yang telah dikerjakannya, dan diperlihatkan neraka
dengan jelas kepada setiap orang yang melihat. Adapun orang yang melampaui
batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah
tempat tinggal (nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran
Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya
surgalah tempat tinggal (nya). (Q.S. An-Naazi’aat: 34-41)
Untuk memahami
tentang semunya alam semesta dan relativitas waktu, kami jelaskan sedikit
disini bahwa alam semesta itu seperti mimpi. Materi hanyalah imajinasi. Sewaktu
kita bermimpi, kita merasa bahwa kita berjalan, bergerak, menyentuh sesuatu,
merasakan sesuatu, mendengar sesuatu; padahal itu hanyalah imajinasi. Tetapi
imajinasi yang kita rasakan dalam ‘alam nyata’ adalah tanda dari apa yang akan kita
alami di alam berikutnya. Apakah kita akan ‘terbangun dari mimpi’ kemudian
merasakan ‘mimpi’ indah, atau kita ‘terbangun dari mimpi’ kemudian merasakan
‘mimpi’ buruk.
Dan ditiuplah
sangkakala, maka tiba-tiba mereka ke luar dengan segera dari kuburnya (menuju)
kepada Tuhan mereka. Mereka berkata: “Aduh celakalah kami! Siapakah yang
membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan
(Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul-rasul (Nya). Tidak adalah
teriakan itu selain sekali teriakan saja, maka tiba-tiba mereka semua
dikumpulkan kepada Kami. Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan
sedikitpun dan kamu tidak dibalasi, kecuali dengan apa yang telah kamu
kerjakan. (Q.S. Yaa Siin: 51-54)
Pada hari mereka
melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia)
melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari. (Q.S. An-Naazi’aat: 46)
Atau apakah
(kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya)
telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri
ini setelah hancur?” Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian
menghidupkannya kembali. Allah bertanya: “Berapa lama kamu tinggal di sini?” Ia
menjawab: “Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari”. Allah
berfirman: “Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya;
lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berobah; dan lihatlah
kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan
kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang
keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya
dengan daging”. Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah
menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: “Saya yakin bahwa Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu”. (Q.S. Al-Baqarah: 259)
Allah bertanya:
“Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?” Mereka menjawab: “Kami tinggal
(di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang
menghitung.” Allah berfirman: “Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar
saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui.” (Q.S. Al-mu`minun: 112-114)
Dan mereka
meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak
akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti
seribu tahun menurut perhitunganmu. (Q.S. Al-Hajj: 47)
Mungkin Anda
pernah melihat film flora tentang pertumbuhan sebuah benih. Anda melihat benih
itu tumbuh hanya dalam beberapa detik saja hingga ia menjadi tumbuhan dewasa.
Padahal kenyataannya untuk tumbuh menjadi tumbuhan dewasa diperlukan waktu
berminggu-minggu. Ketahuilah bahwa apa yang Anda lihat dalam film itu adalah
peristiwa yang dipercepat. Tetapi si film -seandainya ia dapat merasa seperti
manusia- tidak merasa bahwa ia sedang menjalani percepatan. Ia merasa normal.
Ia merasakan tiap frame dengan normal. Ia merasakan siang dan malam silih
berganti dengan normal. Tetapi itu adalah perhitungan si film. Sedangkan bagi
kita siang dan malam -mulai dari benih hingga menjadi tumbuhan dewasa- pada si
film terjadi hanya dalam waktu beberapa detik. Ternyata perhitungan si film
terhadap dirinya berbeda dengan perhitungan kita terhadap si film.
Allah Ada.
Mustahil tidak ada atau mengalami ketiadaan. Allah Ada walaupun makhluq tidak
ada. Allah adalah Yang Akhir. Allah tidak mengalami sakit, kantuk, tidur,
lelah, apalagi binasa. Sedangkan makhluq tidak ada. Lalu makhluq diadakan.
Maka patut bagi
mu`min mu’taqad untuk ingat bahwa ia akan mati supaya ia beristighfar dan
bertaubat kepada AllahTa’ala.
مُخَالَفَةُ لِلْحَوَادِثِ
Mukhalafatu lil
hawadits (Berbeda dengan yang baru). Mustahil Allahitu sama dengan yang baru.
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ
Tiada yang
serupa dengan Dia sesuatu pun. [Asy Syura (42) : 11]
Tuhan haruslah
berbeda dengan alam semesta. Tidak mungkin Tuhan itu sama dengan ciptaan-Nya.
Allah Mahakuasa, sedang makhluk adalah lemah, namun Allah yang memberi mereka
kekuasaan.
Tidak ada
seorang pun yang setara dengan Dia. [QS. Al-Ikhlash (112): 4]
Tiada yang
serupa dengan Dia sesuatu pun. [QS. Asy-Syura (42): 11]
Dia memberi
kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya.
[Yesaya 40: 29]
Siapakah seperti
Aku? [Yesaya 44:7]
Dengan
mempelajari sifat Allah, maka kita akan melihat betapa Kuasa Allah dan betapa
lemahnya manusia. Kita akan melihat bahwa Allah memang berbeda dengan
makhluqnya.
Maka patut bagi
mu`min mu’taqad untuk bertasbih kepada AllahTa’ala.
قِيَامُهُ تَعَالَى بِنَفْسِهِ
Qiyamuhu Ta’ala
bi Nafsihi (Berdiri AllahTa’ala
dengan DiriNya Sendiri). Mustahil Allahtidak
berdiri dengan SendiriNya.
إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
Sesungguhnya AllahTa’ala Yang kaya
dari pada alam semesta. [Al Ankabut (29) : 6]
Tuhan tidak butuh
kepada yang lain. Tuhan tidak butuh makan, tidak lapar, tidak haus, tidak butuh
air, tidak butuh udara, tidak butuh alam semesta. Ketakwaan dan
kejahatan kita tidak berpengaruh kepada Kekuasaan dan Kerajaan Allah.
Sesungguhnya
Allah Yang Kaya tidak butuh kepada alam semesta. [QS. Al-Ankabut (29): 6]
Allah adalah
Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. [QS. Al-Ikhlash (112) : 2]
Maka tidak
pantas jika kita menyembah sesuatu yang faqir. Tidak pantas kita menyembah
sesuatu yang membutuhkan makanan dari Allah.
Pada pagi hari
dalam perjalanannya ke kota, Yesus merasa lapar. Dekat jalan ia melihat pohon
Ara, lalu pergi ke situ, tetapi ia tidak menemukan apa-apa pada pohon itu
selain daun-daun saja. [Matius 21: 18-19]
Ayat Alkitab di
atas menunjukkan bahwa Isa itu hanyalah manusia biasa yang merasakan lapar, dan
beliau tidak tahu, kapan musim buah Ara. Faqir (membutuhkan sesuatu yang selain
dirinya) dan tidak tahu bukanlah sifat Tuhan.
Allah Ada tanpa
diciptakan. Tidak ada Tuhan selain Allah. Allah Yang
Menciptakan alam semesta. Allah tidak membutuhkan makhluq. Tetapi makhluq
membutuhkan Allah. Allah adalah Yang Kaya, sedang kita adalah faqir. Ketaqwaan
dan kejahatan kita tidak berpengaruh atas Kekuasaan Allah. Sedangkan makhluq
ada dengan diadakan.
Maka patut bagi
mu`min mu’taqad untuk mengutarakan keperluannya hanya kepada Allahsaja.
وَحْدَانِيَة Wahdaniyah (Esa DzatNya dan Esa SifatNya dan Esa
PerbuatanNya). Mustahil
berbilang DzatNya atau SifatNya atau PerbuatanNya.
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
(Katakanlah
wahai Muhammad) : Allahitu Esa.
[Al Ikhlash (112) : 1]
Tuhan itu esa,
tunggal. Tidak mungkin Tuhan itu berbilang atau terpisah-pisah. Tidak
mungkin sebagian dari Tuhan ada di sorga dan sebagian lagi ada di bumi.
Yesus menjawab,
“Hukum yang terutama adalah ‘Dengarlah wahai orang Israel, TUHAN Allah kita,
TUHAN itu Esa.’” [Markus 12 : 29]
Sepanjang
Perjanjian Baru, Yesus selalu berkata bahwa Tuhan itu Tunggal, tidak pernah
Yesus berkata bahwa Tuhan itu Tritunggal. Bahkan dalam Perjanjian Lama pun,
orang-orang Yahudi itu percaya bahwa Tuhan itu Tunggal, bukan Tritunggal
Dzat, Sifat dan
Perbuatan Allah adalah Esa. Tidak
terpisah-pisah. Al Qur`an adalah Allah. Al Qur`an itu Kalamullah. Kalamullah
adalah Qidam. Qidam adalah Allah. Allah adalah Qidam. Yang selain Allah adalah
huduts (terkemudian). Alim (Mengetahui) adalah Allah. Bashir (Melihat) adalah
Allah. Semua Sifat dan Perbuatan, serta Dzat Allah adalah Tunggal. Berbeda
dengan makhluq. Tubuh manusia diciptakan. Pendengaran manusia diciptakan. Penglihatan
manusia diciptakan. Manusia mendengar dengan disampaikan suara kepada manusia
tersebut oleh Allah. Perbuatan melihat yang dipunyai manusia diciptakan oleh
Allah. Segala sifat manusia seperti bisa mendengar, bisa melihat, bisa
berbicara, itu semua ciptaan Allah (makhluq). Segala perbuatan manusia seperti
mendengar, melihat berbicara, berjalan, berdiri, beribadah, semua itu
diciptakan Allah. Segala goresan hati manusia, kehendaknya, rencananya adalah
makhluq (diciptakan oleh Allah). Bumi diciptakan oleh Allah. Diputar oleh
Allah. Dilipat oleh Allah. Rumah diciptakan oleh Allah. Ditahan dan diruntuhkan
oleh Allah. Semua ciptaan (makhluq) tentu diciptakan, dan Pencipta (Al Khaliq)
hanyalah Allah. Tiada Tuhan selain Allah Yang Menciptakan alam semesta.
Maka patut bagi
mu`min mu’taqad untuk ingat kepada Perbuatan Allah atas tiap kejadian.
قُدْرَة Qudrah
(Mahakuasa) Mustahil Allah lemah.
إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Sesungguhnya Allah berkuasa atas
segala sesuatu. [QS. Al-Baqarah (2): 20]
Maka Maha Suci (Allah) yang di
tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya lah kamu dikembalikan.
[QS. Ya Sin (36): 83]
Dan (sebagai) Rasul kepada Bani
Israil (yang berkata kepada mereka): “Sesungguhnya aku telah datang kepadamu
dengan membawa sesuatu tanda (mu`jizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk
kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi
seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak
dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati
dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang
kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda
(kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman.” [Q.S. Ali
'Imran: 49]
Pekerjaan-pekerjaan yang kulakukan
dengan nama Bapa, itulah yang memberikan kesaksian tentang aku (bahwa aku
adalah seorang rasul). [Yohanes 10:25]
Dan Ia (ALLAH) telah memberikan kuasa
kepadanya (kepada Yesus) [Yoh. 5:27]
Yesus berkata:
Anak tidak mengerjakan sesuatu dari dirinya sendiri. Anak menghidupkan
barangsiapa yang dikehendaki Bapa. [Yoh. 5: 19, 21]
Yesus berkata:
Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diriku sendiri. [Yoh. 5: 30]
Yesus berkata:
“Kepadaku telah diberikan
segala kuasa…” [Mat. 28:18]
Lalu Yesus masuk
ke Bait Allah, dan ketika Ia mengajar di situ, datanglah imam-imam kepala serta
tua-tua bangsa Yahudi kepada-Nya, dan bertanya: "Dengan kuasa manakah
Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu
kepada-Mu?" Jawab Yesus kepada mereka: "Aku juga akan
mengajukan satu pertanyaan kepadamu dan jikalau kamu memberi jawabnya
kepada-Ku, Aku akan mengatakan juga kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan
hal-hal itu. Dari manakah baptisan Yohanes? Dari sorga atau dari manusia?"
Mereka memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata: "Jikalau kita
katakan: Dari sorga, Ia akan berkata kepada kita: Kalau begitu, mengapakah kamu
tidak percaya kepadanya? Tetapi jikalau kita katakan: Dari manusia, kita takut
kepada orang banyak, sebab semua orang menganggap Yohanes ini nabi." Lalu
mereka menjawab Yesus: "Kami tidak tahu." Dan Yesus pun berkata
kepada mereka: "Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan
kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu." [Matius 21: 23-27]
Dalam Al-Qur`an
dan Alkitab dijelaskan bahwa kuasa Yesus adalah berasal dari ALLAH, bukan dari
dirinya sendiri.
Sebagaimana
dikatakan sebelumnya, bahwa makhluq diciptakan oleh Allah. Begitu pula
perbuatannya serta sifatnya. Allah Berkuasa atas makhluq. Sifat dan perbuatan
dari suatu makhluq adalah makhluq. Sedangkan makhluq tidak berkuasa. Makhluq
tidak bisa bergerak untuk beribadah atau pun menghindari ma’siat. Sifatnya
lemah, lumpuh, tidak bisa berbuat apa-apa, maka makhluq tidak kuasa berbuat
apa-apa. Yang Berbuat hanyalah Allah. Allah Yang Membolak-Balikkan hati. Tetapi
ingat, Allah Maha Tahu, Maha Adil, Maha Bjaksana dan Mengetahui Hikmah (Al
Hakam). Sedangkan manusia sangat bodoh dan zhalim. Apa yang diketahui manusia
sangat sedikit jika dibandingkan dengan apa yang tidak diketahui oleh manusia.
Maka tidak pantas manusia menyombongkan dirinya yang lemah. Sungguh tiada daya
untuk menghindari kejahatan dan tiada kekuatan untuk berbuat kebajikan kecuali
dengan Kasih-Sayang dan Kuasa Allah.
Maka patut bagi
mu`min mu’taqad untuk tawadhu`, tidak takabbur, dan banyak takut kepada Allah
Ta’ala.
إِرَادَة Iradah (Mahaberkehendak). Mustahil Allah tidak memiliki
kehendak.
فَعَّالٌ لِمَا يُرِيدُ
Allah berbuat
seperti apa yang Dia Kehendaki. [Al Buruj (85) : 16]
Yesus berkata: “Aku tidak menuruti
kehendakku sendiri, akan tetapi aku menuruti kehendak Dia yang mengutus aku.”
[Yohanes 5:30]
Aku datang bukan atas kehendakku
sendiri, akan tetapi atas kehendak Dia yang mengutus aku. [Yoh. 8:42]
Maka jelaslah bahwa Yesus dikuasai
oleh kehendak dan kuasa ALLAH. Yesus tidak berkuasa atas dirinya sendiri.
Bagaimana mungkin Tuhan dikuasai? Maka Yesus bukanlah Allah, dia bukanlah
Tuhan. Yesus hanyalah utusan Tuhan.
Tuhan itu Mahaberkehendak dan berbuat
seperti apa yang dia kehendaki, bukan seperti yang dikehendaki oleh pihak lain.
Apa yang dikehendaki oleh Allah pasti terjadi. Apa yang tidak dikehendaki oleh
Allah pasti tidak terjadi (tidak ada). Jika Ia Menghendaki sesuatu, maka
ia cukup berfirman, “Kun (Jadi)”, maka terjadilah (lihat Yaa Siin ayat 82). Dan
Allah adalah Yang Baik. Yang dikehendaki oleh Allah adalah kebaikan. Tetapi
kebodohan manusia tidak dapat menembus Hikmah Al Hakam.
Setiap peristiwa
itu berhubungan dengan waktu. Jika Allah Berkalam, “Kun” pada setiap peristiwa dan
waktu berarti Allah terperangkap pada waktu? Tidak, tidak demikian. Allah
Berkalam, “Kun” dan semua peristiwa dari awal hingga akhir di alam semesta
tercipta. Tetapi manusia merasakan tiap frame dari kehidupan secara bergantian
sehingga mereka merasa bahwa waktu itu ada. Padahal waktu, sebagaimana materi,
hanyalah imajinasi.
Anda mungkin
pernah bermimpi yang mana dalam mimpi tersebut Anda merasa menjalaninya dengan
sangat lama. Tetapi sewaktu Anda terbangun, ternyata Anda hanya tertidur selama
beberapa puluh menit. Apa yang Anda rasakan sebagai waktu ternyata hanyalah
imajinasi.
Dalam surat
Al-Hajj ayat 14, Allah menjelaskan bahwa yang memasukkan orang-orang yang
beriman dan beramal shalih adalah Allah. Begitulah Allah berbuat apa-apa yang
Dia kehendaki.
Sesungguhnya
Allah memasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh ke
dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Sesungguhnya Allah
berbuat apa yang Dia kehendaki. [QS. Al-Hajj (22): 14]
Maka patut bagi
mu`min mu’taqad untuk bersyukur kepada Allah
Ta’ala atas tiap ni’mat dan bershabar atas tiap mushibah.
عِلْمٌ ‘Ilmun
(Tahu) Mustahil Allah jahil
(bodoh).
وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيم
Dan Allah dengan tiap
sesuatu adalah Maha Mengetahui. [Al Hujurat (49) : 16]
Lihat pula
2:29,231,282; 6:115; 9:115; 57:3.
(Orang-orang
kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang saat itu (hari akhir), kapankah
terjadinya? Siapakah kamu (sehingga) dapat menyebutkan (waktunya)? Kepada
Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya). Kamu hanyalah
pemberi peringatan bagi siapa yang takut kepadanya (kepada saat itu, hari
berbangkit). Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa
seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore
atau pagi hari. [QS. An-Nazi'at (79): 42-46]
Tetapi tentang
hari dan saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga
tidak, dan anak pun tidak, hanya Bapa sendiri. [Matius 24:36]
Allah Mengetahui
segala sesuatu, walupun sesuatu itu -menurut kita- belum terjadi. Allah
Mengetahui apa yang tersembunyi dan apa yang tersingkap.
Maka patut bagi
mu`min mu’taqad untuk takut berbuat ma’siat kepada Allah , sebab Allah Ta’ala
Maha Mengetahui atas tiap perbuatan kita.
حَيَاةٌ Hayah (Hidup)
Mustahil Allah mati.
وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لا
يَمُوتُ
Dan serahkan dirimu (tawakkal) kepada
Yang Hidup Dzat Yang tidak mati. [Al Furqan (25) : 58]
Lihat juga 2:255;3:2
Tuhan itu Hidup. Hidup Tuhan tidak
berasal dari siapa pun, melainkan Tuhan Hidup dengan Sendiri-Nya. Dan
mustahil Tuhan itu mati. Sedangkan kehidupan makhluq berasal dari Allah.
Sebab sama
seperti Bapa mempunyai hidup dalam Diri-Nya, demikian juga diberikan-Nya
anak mempunyai hidup dalam dirinya. [Yoh. 5:26]
Allah tidak
mungkin mati. Tetapi kita pasti mati. Tiada Yang Kuasa selain Allah. Dan
sesungguhnya termasuk ujian yang sangat berat adalah maut. Kita tidak
ada, lalu diadakan, maka kepada Allah tempat kita kembali.
Maka patut bagi
mu`min mu’taqad untuk bertawakkal (berserah diri) kepada Allah Ta’ala.
سَمْعٌ Sama’
(Mendengar). Mustahil
Allah tuli.
وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Dan Allah Ta’ala
Mahamendengar lagi Mahamengetahui. [Al Baqarah (2) : 256]
Allah
Mahamendengar. Dia mendengar dan mengabulkan doa yang ditujukan kepadaNya.
Adapun mengenai pengabulan doa, adakalanya Allah kabulkan seperti apa yang kita
kehendaki, adakalanya Allah kabulkan seperti apa yang Allah kehendaki, dan itu
baik bagi si pendoa, dan adakalanya Allah tangguhkan doanya itu dan diganti
dengan yang lebih baik di akhirat kelak. Jadi doa itu bukanlah untuk meminta
apa yang kita kehendaki. Tetapi untuk menyampaikan keinginan kita. Dan Allah
menyukai hamba-Nya yang berdoa kepada-Nya. Dengan kesukaan-Nya itu, maka Allah
berikan yang terbaik bagi si hamba. Jika apa yang dikehendaki si hamba itu
memang baik, maka Allah kabulkanlah seperti yang dikehendaki. Jika yang
dikehendaki si hamba itu berakibat buruk, atau kurang baik, maka Allah berikan
yang lebih baik dari apa yang dikehendaki si hamba. Dan jika dikabulkan di
dunia ini seperti yang diinginkan si hamba itu buruk, maka Allah
menangguhkannya dan menggantinya dengan yang lebih baik, yaitu dengan ampunan
dan kasih-sayang-Nya di akhirat kelak. Tetapi ada kalanya, seseorang itu
berdoa, dan itu dapat berakibat buruk baginya, lalu Allah mengabulkannya
sehingga ia semakin jauh dari Allah. Maka yang demikian itu adalah istidraj.
Allah membiarkan dia terlena dalam keni’matan, sehingga di hari kiamat, Allah
dapat menyiksanya dengan siksa yang pedih diakibatkan kekufurannya.
Dan Allah
Mahamendengar lagi Mahamengetahui [QS. Al-Baqarah (2): 256]
Yesus berdoa:
“Ya Bapaku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaku,
tetapi janganlah seperti yang kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau
kehendaki.” [Mat. 26:39]
Bahkan Yesus
berdoa semalaman dengan penuh kesungguhan agar diselamatkan dari penyaliban.
Dan dia menyerahkan kepada Allah, apa yang terbaik baginya. Sebab Allah
Mahamengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya yang Dia sayangi. Dari sini,
apakah Anda mau berkata bahwa Yesus bersedia disalib? Tidak, Yesus tidak
bersedia disalib. Tidak ada yang namanya ‘penyelamatan melalui penyaliban
Yesus’. Yesus diutus bukan untuk disalib, tetapi untuk menyelamatkan Israel
dari kebinasaan dengan mengajarkan aqidah dan cara hidup (syariat) yang
diridhoi Tuhan. Penyaliban Yesus bukanlah perintah Tuhan. Jika itu perintah
Tuhan, mengapa Yesus enggan disalib. Sedangkan Abraham dan anaknya pun bersedia
menjalankan perintah Tuhan. Penyaliban Yesus itu adalah buah kedengkian
imam-imam Yahudi. Supaya tidak dipersalahkan, mereka buatlah doktrin yang aneh
ini melalui mulut Paulus yang penuh dengan dusta.
Allah
Mahamendengar segala perkataan kita. Bahkan apa yang kita ucapkan dalam hati.
Allah Mahamendengar atas segala ucapan yang baik dan yang buruk.
Maka patut bagi
mu`min mu’taqad untuk tidak berkata yang haram, sebab Allah Mahamendengar
atas segala perkataan.
بَصَرٌ Bashar
(Melihat). Mustahil
Allah buta.
وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Dan Allah Ta’ala Maha Mengetahui apa
yang kamu perbuat. [Al Hujurat (49) : 18]
Maka patut bagi mu`min mu’taqad bahwa
ia tiada membuat ma’siat, sebab Allah Ta’ala Maha Melihat segala perbuatan.
كَلامٌ Kalam
(Berkata/Berfirman). Mustahil Allah bersifat kelu (bisu).
وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَى تَكْلِيمًا
Dan berkata Allah Ta’ala kepada Musa
dengan sempurna/sebenar-benarnya Berkata. [An Nisa` (4) : 164]
Segala sesuatu
dijadikan oleh Allah dengan kalam-Nya, “Kun” (jadilah), maka jadilah segala
sesuatu. Dengan Asma-Nya segala sesuatu itu terjadi, dengan Asma-Nya segala
sesuatu bermula, dan kepada-Nya segala sesuatu kembali.
Dia-lah yang menghidupkan dan
mematikan, maka apabila Dia menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya berkata kepadanya:
“Jadilah”, maka jadilah ia. [QS. Al-Mu`min (40): 68]
Sesungguhnya
perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya:
“Jadilah!” maka terjadilah ia. [QS. Ya Sin (36): 82]
Oleh Firman
Tuhan langit dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya segala tentara-Nya. [Mazmur
33:6]
Sebab Dia
berfirman, maka semuanya jadi, Dia memberi perintah, maka semuanya ada. [Mazmur
33:9]
Berfirmanlah
Allah: “Jadilah…” [Kej. 1:3,6,9,11,14,20,24,26]
Maka patut bagi
mu`min mu’taqad untuk banyak berdzikir kepada Allah Ta’ala dengan pengharapan
Asma Allah
قَادِرٌ Qadiran
(Yang Menguasai) Mustahil ﷲﭐDzat yang lemah.
Dalilnya yaitu
dalil sifat Qudrah.
Rasulullah
sholallohu ‘alaihi wa aalihi wa sallam bersabda yang artinya, “Demi Dzat Yang
tiada Tuhan selain Dia. Sesungguhnya salah seorang (diantara) kamu telah
melakukan amalan penghuni surga. Namun ketika perjalanannya tinggal sehasta
lagi, karena ketentuan taqdir bisa jadi dia berbalik melakukan amalan penghuni
neraka (su`ul khatimah). Sebaliknya salah seorang (diantara) kamu telah
melakukan amalan penghuni neraka. Namun ketika perjalanannya tinggal sehasta
lagi, karena ketentuan taqdir bisa jadi dia berbalik melakukan amalan penghuni
surga (husnul khatimah), sehingga ia bisa masuk ke dalamnya.”
Rasulullah SAAW
juga bersabda yang artinya, “Setiap orang dari kalian, atau setiap jiwa yang
bernafas, oleh Allah telah ditentukan tempatnya di surga atau di neraka. Bahkan
oleh Allah juga sudah ditentukan apakah dia sebagai orang yang celaka atau
orang yang bahagia.” Seorang laki-laki berkata, “Wahai Rasulullah, kalau begitu
apakah tidak sebaiknya kita menunggu ketentuan tqdir kita, dan tidak usah
beramal?” Rasulullah SAAW bersabda, “Siapa yang termasuk golongan bahagia, dia
pasti akan mengarah pada amalnya orang-orang golongan bahagia. Dan Siapa yang
termasuk golongan celaka, dia juga pasti akan mengarah pada amalnya orang-orang
golongan celaka. Beramallah! Setiap kamu dipermudah. Orang-orang golongan
bahagia, mereka akan dipermudah untuk melakukan amalnya orang-orang golongan
bahagia. Adapun orang-orang golongan celaka, mereka juga akan dipermudah untuk
melakukan amalnya orang-orang golongan celaka.”
Lalu beliau membaca surat Al Lail
ayat 5-10
“Adapun orang-orang yang memberikan
(hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa, dan membenarkan adanya balasan yang
terbaik, maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun
orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup (kaya/tidak faqir/tidak
membutuhkan Allah atau siapapun), serta mendustakan pahala yang terbaik, maka
kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.”
Maka patut bagi mu`min mu’taqad untuk
banyak takut kepada ﷲﭐTa’ala Yang Maha
Kuasa.Yang Telah Memberi banyak kebajikan.
مُرِيْدٌ Muridan (Yang
Berkehendak/Yang Menentukan).
Mustahil ﷲﭐtidak
Menentukan apalagi diatur/ditentukan.
Dalilnya yaitu
dalil sifat Iradah.
Bersumber dari
Abdullah bin Mas’ud, dia berkata:
Ummu Habibah
pernah berdo’a, “Ya Allah, panjangkanlah usia suamiku Rasulullah SAW, juga
ayahku Abu Sufyan, dan saudaraku Mu’awiyah.” Rasulullah SAW lalu bersabda
kepada isterinya itu, “Itu artinya kamu memohon kepada Allah ajal-ajal yang
sudah dibuat, sejarah-sejarah yang sudah ditentukan, dan rizki-rizki yang sudah
dibagi. Sedikitpun daripadanya tidak akan dimajukan atau ditangguhkan dari
waktunya. Sekiranya kamu memohon kepada Allah agar Dia berkenan melindungimu
dari siksa neraka dan siksa kubur, niscaya hal itu lebih baik bagimu.” (HR.
Muslim)
Maka patut bagi
mu`min mu’taqad untuk berdoa kepada ﷲﭐTa’ala atas
kebajikan dunia dan akhirat, serta memohon agar dihindari dari keburukan di
dunia dan di akhirat..
عَالِمٌ ‘Alimun (Yang Mengetahui) Mustahil ﷲﭐDzat Yang jahil
(bodoh)
Dalilnya yaitu
dalil sifat ‘Ilmu.
Maka patut bagi
mu`min mu’taqad untuk senantiasa minta pertolongan kepada ﷲﭐTa’ala
di dalam setiap hal dan minta agar dipelihara dari setiap kejahatan dunia dan
akhirat.
حَيٌّ Hayyun (Yang
Hidup) Mustahil ﷲﭐDzat Yang mati.
Dalilnya yaitu
dalil sifat Hayah. Maka patut bagi mu`min mu’taqad untuk banyak bertawakkal
(berserah diri dalam segala hal) kepada ﷲﭐTa’ala.
سَمِيْعٌ Sami’un
(Yang Mendengar).
Mustahil ﷲﭐtuli,
tidak mendengarkan..
Dalilnya yaitu
dalil sifat Sama’.
“Sesungguhnya Aku
(berbuat) seperti yang disangka oleh hambaKu. Aku bersamanya ketika ia
mengingatKu. Jika ia mengingatKu di dalam hatinya, maka Aku akan Mengingatnya
di dalam HatiKu. Jika ia mengingatKu di suatu kumpulan orang, maka Aku akan
Mengingatnya di dalam jama’ah yang lebih baik (Allah menceritakan/membanggakan
manusia yang berdzikir dan berdo’a di hadapan malaikat). Jika ia mendekati Aku
sejengkal, maka Aku akan mendekatinya sehasta. Jika ia mendekati Aku sehasta,
maka akau akan mendekat padanya sedepa. Jika ia mendekat padaKu sambil
berjalan. Maka Aku Mendekat kepadanya dengan bergegas. Sesungguhnya hisabKu sangat
cepat.” (Hadits Qudsi)
Maka patut bagi
mu`min mu’taqad untuk senantiasa memberi pujian kepada ﷲﭐTa’ala dan
banyak berdo’a kepadaNya. (Dan berprasangka baik)
بَصِيْرٌ Bashiran (Yang Melihat). Mustahil ﷲﭐYang buta (Yang
tidak melihat).
Dalilnya yaitu
dalil sifat Bashar. Maka patut bagi mu`min mu’taqad untuk senantiasa banyak
malunya kepada ﷲﭐTa’ala
Yang Melihatnya ketika ia berbuat dosa atau meninggalkan yang fardhu..
مُتَكَلِّمٌ
Mutakalliman (Yang Berkata/Berfirman). Mustahil ﷲﭐDzat
Yang tidak berkata/bisu.
Dalilnya yaitu
dalil sifat Kalam.
Sebagaiman telah
dikatakan, bahwa Al Qur`an itu adalah Kalamullah. Kalamullah adalah Qadim.
Sewaktu kita membaca Al Qur`an berarti kita sedang mengucapkan apa yang
dikatakan Allah. Maka siapa yang mendengar Al Qur`an hendaknya ia mengucapkan,
“Allah”; agar ia ingat bahwa Al Qur`an adalah Kalam Allah, Rabbul ‘alamin.
Rasulullah SAAW bersabda, “Barangsiapa ingin berdialog dengan Allah, maka
bacalah Al Qur`an.”
Maka patut bagi
mu`min mu’taqad untuk senantiasa banyak membaca Qur`an dengan khusyu’, hormat
dan penuh ta’zhim dengan tajwid (tartil) dan bukan dengan adu baca qira`ah.
PEMBAGIAN
SIFAT الله
DAN PEMAHAMANNYA
Sifat Nafsiyah yaitu hal yang wajib bagi
Dzat selama Dzat bersifat wujud (ada) tidak disebabkan suatu sebab.
Yang
termasuk sifat nafsiyah adalah sifat وُجُودٌ
Sifat Salbiyah/Penolakan yaitu sifat yang
seakan-akan menafi`kan sifat/sesuatu yang tidak layak pada الله ‘Azza wa Jalla.
Sifat ini mensucikan الله dari sifat-sifat yang tidak
pantas bagi الله
Dzat
Yang Sempurna.
Yang termasuk sifat
salbiyah adalah sifat:
قِدَمٌ - بَقَاءٌ - مُخَالَفَةُ لِلْحَوَادِثِ- قِيَامُهُ تَعَالَى بِنَفْسِهِ- وَحْدَانِيَة
Sifat Ma’any yaitu setiap Sifat Yang Ada
pada Dzat Yang Mewajibkan Dzat Bersifat Ma’nawiyah.
Yang termasuk sifat ma’any
yaitu:
كَلامٌ -بَصَرٌ -سَمْعٌ -حَيَاةٌ -عِلْمٌ -إِرَادَة -قُدْرَة
Sifat Ma’nawiyah yaitu hal yang tetap bagi Dzat dikarenakan Dzat
Bersifat Ma’ani. Jadi kedua sifat ini saling memerlukan (berhubungan).
Yang termasuk sifat ma’nawiyah yaitu:
مُتَكَلِّمٌ -بَصِيْرٌ -سَمِيْعٌ -حَيٌّ -عَالِمٌ -مُرِيْدٌ -قَادِرٌ
Kemudian adapun yang harus pada الله adalah satu, yaitu melakukan segala
yang mungkin atau meninggalkannya.
Wajib pula bagi tiap mukallaf mengi’tiqadkan
dengan 9 I’tiqad lagi.
1.
Mustahil pada الله Ta’ala kewajiban atasNya membuat segala yang mungkin atau
meninggalkannya; yaitu lawan dari yang harus (jaiz) pada الله Ta’ala.
2.
Maha Suci الله daripada mengambil faidah dari segala
perbuatanNya atau dari hukumNya.
3.
Mustahil pada الله mengambil faidah dari segala perbuatanNya atau dari
hukumNya.
4.
Wajib bagi segala mungkin
bahwa ia tiada memberi bekas/pengaruh dengan kekuatannya.
5.
Mustahil bagi segala mungkin
bahwa ia memberi bekas/pengaruh dengan kekuatannya.
6.
Wajib I’tiqad bahwa “alam
semesta adalah huduts (baharu)”
7.
Mustahil alam semesta itu qadim
(terdahulu).
8. Wajib bagi segala yang mungkin
tiada memberi bekas dengan tabiatnya.
9. Mustahil bagi segala mungkin
memberi bekas dengan tabiatnya.
Demikianlah ‘aqaid 50 yang
merupakan ma’na LAA ILAAHA ILLALLAAH. Sebab ma’na LAA ILAAHA ialah Tiada
Yang disembah dengan haqq (sebenarnya). Dan Yang disembah dengan
sebenarnya adalah Yang Kaya (Yang Tidak Membutuhkan) dari yang
selainNya, dan faqir (membutuhkan) kepadaNya yang selainNya.
Nyatalah Kekayaan الله ‘Azza
wa Jalla dari yang selainNya, dan faqir kepadaNya yang selainNya (buktinya
adalah 50 ‘aqaid yang telah tersebut).
A.
Yang menyatakan “الله Yang Kaya dari setiap yang selain-Nya”,
yaitu 14 ‘aqaid di bawah dengan lawannya.
1.
وُجُودٌ
2.
قِدَمٌ
3.
بَقَاءٌ
4.
مُخَالَفَةُلِلْحَوَادِثِ
5.
قيامه تعالى بنفسه
6.
سَمْعٌ
7.
بَصَرٌ
8.
كَلامٌ
9.
سَمِيْعٌ
10. بَصِيْرٌ
11. مُتَكَلِّمٌ
12. Mustahil (pada الله )
kewajiban atasNya membuat segala yang mungkin atau meninggalkannya.
13. Maha Suci الله dari Mengambil faidah
14.
(Wajib) segala yang mungkin
tiada memberi bekas dengan kekuatannya.
B. Yang
menyatakan “Berkehendak kepadaNya tiap-tiap yang selainNya”, yaitu 11 ‘aqaid di
bawah dengan lawannya.
1.
وَحْدَانِيَة
2.
قُدْرَة
3.
إِرَادَة
4.
عِلْمٌ
5.
حَيَاةٌ
6.
قَادِرٌ
7.
مُرِيْدٌ
8.
عَالِمٌ
9.
حَيٌّ
10.
(Wajib) alam semesta itu baharu.
11. (Wajib)
yang selainNya tiada memberi bekas dengan tabiatnya.
Kemudian di bawah ini
adalah shifat-shifat yang wajib dan yang mustahil bagi para Rasul Shalawatullah
‘alaihim wasalamuhu Ta’ala.
1. Shiddiq
(benar), mustahil kadzib (dusta).
2.
Amanah (dapat dipercaya), mustahil khianat.
3.
Tabligh (menyampaikan), mustahil katiman (menyembunyikan).
4. Fathanah
(sempurna pengertiannya/cerdas), mustahil baladah (dungu).
Adapun yang harus (jaiz)
bagi para Rasul adalah satu, yaitu tubuhnya berperangi seperti manusia biasa.
Contohnya makan, minum, tidur dan bangun, sakit.
Mustahil mereka menjadi
kekurangan
(tidak seperti manusia normal) seperti sakit gila.
Demikianlah ‘aqaid 60
ARTI IMAN
Kemudian iman itu artinya tashdiq
(membenarkan. Islam
artinya menjunjung segala perintah Allah, tha’at).
Rukun iman ada 6, yaitu:
1.
Beriman kepada Allah Ta’ala bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang
disembah dengan haqq.
2.
Beriman kepada para Malaikat bahwasanya mereka itu hamba Allah
yang mulia, bukan laki-laki, bukan perempuan, dan sangat tha’at kepada Allah
dan tiada berbuat ma’syiat.
Malaikat yang wajib
dihafal namanya ada 10, yaitu:
1.
Jibril as. à menyampaikan wahyu.
2.
Mikail as. à mengatur hujan dan rizqi.
3.
Israfil as. à meniup sangkala.
4.
Izrail as. à mencabut nyawa.
5.
Raqib as. à mencatat perbuatan baik.
6. ‘Atid
as. à mencatat perbuatan buruk.
7. Munkar
as. à menanyai di alam qubur.
8.
Nakir as. à menanyai di alam qubur.
9.
Ridhwan as. à menjaga pintu surga.
10. Malik
as. à menjaga pintu neraka.
3.
Beriman kepada kitab-kitab
Allah .
Kita
harus percaya kepada kebenaran kitab-kitab Allah, baik keberadaannya maupun
isinya. Dan juga shuhuf atau
shahifah, yaitu lembaran-lembaran suci yang berisi Kalamullah yang diturunkan
kepada beberapa Nabi.
Kitab
Allah itu ada 4, yaitu:
1.
Taurah à N. Musa as.
2.
Zabur à N. Dawud as.
3.
Injil à N. ‘Isa as.
4.
Qur`an à N. Muhammad saw.
Shahifah:
-
60 shuhuf kepada N. Syits as.
-
30 shuhuf kepada N. Ibrahim as.
-
10 shuhuf kepada N. Musa
as. (sebelum taurah diturunkan)
-
30 shuhuf kepada N. Idris
(menurut suatu pendapat)
4.
Beriman kepada para Nabi
dan Rasul ‘alihimush shalatu wa salam.
Di
bawah ini nama 25 Nabi dan Rasul yang harus diketahui, yaitu yang disebut di
dalam Qur`an.
1.
Adam
2.
Idris (Maryam: 56-57; Al Anbiya`: 85-86)
3.
Nuh (Hud: 25)
4.
Hud (Hud: 50)
5.
Shalih (Hud: 61)
6.
Ibrahim (Al An’am: 76-79 Shad: 45)
7.
Luth (Al ‘Ankabut: 28)
8.
Isma’il (Ash Shaffat: 182)
9.
Ishaq (Hud: 71)
10.
Ya’qub (Al Baqarah: 133)
11.
Yusuf (Yusuf: 4-5)
12.
Ayyub (Shaad: 41-44)
13.
Syu’aib (Al A’raf: 85)
14.
Harun (Al Qashash: 34)
15.
Musa (Al Qashash: 30)
16.
Ilyasa’ (Al An’am: 86)
17.
Dzulkifli (Al Anbiya:85-86)
18.
Dawud (Al Isra`: 55)
19.
Sulaiman (An Naml: 16)
20.
Ilyas (Ash Shaffat: 123-126)
21.
Yunus (Al Anbiya`:87-88)
22.
Zakariya (Maryam: 4-6)
23.
Yahya (Maryam: 12-13)
24.
‘Isa (Maryam: 30-34)
25.
Muhammad (
5.
Beriman kepada hari qiamah
dengan segala hal ihwalnya. Misalnya (padang) mahsyar, (jembatan) shirath,
mizan (timbangan), syafa’at (Rasulullah SAAW), (telaga) kautsar, surga, dan
neraka.
6.
Beriman kepada taqdir Allah
dalam setiap kejadian.
Dibawah ini adalah beberapa
makna kalimat tauhid semoga dengan taufiq Allah Ta’ala dibukakan hati yang
membacanya dengan menghadhirkan segala ma’na tersebut di dalam hatinya hingga
dapat tercampur cahaya ma’na dua kalimah syahadah di darah dagingnya selama
hidupnya hingga matinya dengan husnul khatimah.Berkata setengah ulama bahwa dua
kalimah syahadah itu hurufnya ada 24. Di dalam sehari semalam ada 24 jam. Diharapkan ampunan Allah
dengan 24 huruf itu atas dosa selama 24 jam. Dan dua kalimah syahadah ada tujuh
kalimah/kata. Diharapkan ampunan Allah atas dosa tujuh anggota dan dihindari
dari tujuh neraka.
Yang
Ditetapkan
|
Penetapan
|
Yang
Ditolak
|
Penolakan
|
إِلا اللهُ
المَعْبُودُ بِحَقٍّ
|
لامَعْبُودَبِحَقٍّ
فِى الوُجُودِ
|
||
Hanya
Allah Yang disembah dg sebenarnya
|
Tiada
Yang disembah dengan sebenarnya
|
||
اِلا اللهُ
المُستَغنِيُ عَنْ كُلِّ مَاسِوَاهُ المُفتَقِرُ إِلَيْهِ كُلُّ مَاعَداه
|
لامُستَغْنِيًاعَنْ
كُلِّ مَاسِوَاهُ وَمُفْتَقِرًا إِلَيْهِ كُلُّ مَاعَداه
|
||
Hanya Allah Yang Kaya dari yang selainNya,
dan faqir kepadaNya yang selainNya
|
Tiada Yang Kaya dari yang selainNya, dan
faqir kepadaNya yang selainNya
|
||
إِلااللهُ
الوَاجَبُ الوُجُودِ
|
لاوَاجِبَ
الوُجُودِ
|
||
Hanya Allah Yang Wajibul Wujud
|
Tiada Yang wajib akan wujudnya
|
||
إلا اللّهُ
المُسْتَحِقُّ لِلعِبَادَةِ بِحَقٍّ
|
لا مُسْتَحِقًّا
لِلعِبَادَةِ بِحَقٍّ
|
||
Hanya Allah yang berhaq untuk disembah
|
Tiada Yang mempunyai haq untuk disembah
|
||
إلا اللّهُ
الخَالِقُ كُلِّ شَيءٍ
|
لاخَالِقَ
|
||
Hanya
Allah Yang Menciptakan sekalian makhluq
|
Tiada Yang Menciptakan sekalian makhluq
|
||
إلا اللّهُ
الرَّازِقُ كُلِّ شَيءٍ
|
ﻻ رَازِقَ
|
||
Hanya Allah Yang Memberi rizqi bagi setiap
makhluq
|
Tiada Yang Memberi rizqi
|
||
إلا اللّهُ
المُحْيِى كُلِّ شَيءٍ
|
ﻻ مُحْيِى
|
||
Hanya Allah Yang Menghidupkan
|
Tiada Yang Menghidupkan
|
||
إلا اللّهُ
المُمِيْتُ كُلِّ شَيءٍ
|
ﻻ مُمِيْتَ
|
||
Hanya Allah Yang Mematikan
|
Tiada Yang Mematikan
|
||
إلا اللّهُ المُحَرِّكُ
كُلِّ شَيءٍ
|
ﻻ مُحَرِّكَ
|
||
Hanya Allah Yang Menggerakkan
|
Tiada Yang Menggerakkan
|
||
إلا اللّهُ
المُسَكِّنُ كُلِّ شَيءٍ
|
ﻻ مُسَكِّنَ
|
||
Hanya Allah Yang Mendiamkan
|
Tiada Yang Mendiamkan
|
||
إلا اللّهُ
النَّافِعُ لِكُلِّ شَيءٍ
|
ﻻ نَافِعَ
|
||
Hanya
Allah Yang Memberi Manfaat
|
Tiada Yang Memberi Manfaat
|
||
إلا اللّهُ
الضَّارُّ لِكُلِّ شَيءٍ
|
ﻻ ضَارَّ
|
||
Hanya
Allah Yang Memberi Mudharat
|
Tiada Yang Memberi Mudharat
|
||
إلا اللّهُ
المُتَصَرِّفُ فِى الوُجُودِ
|
ﻻ مُتَصَرِّفَ فِى
الوُجُودِ
|
||
Hanya
Allah Yang Melakukan di dalam segala keadaan
|
Tiada
Yang Melakukan di dalam segala keadaan
|
Telah diketahui bahwa
segala yang wajib bagi sekalian Rasul ‘alyhimushshalatu wassalam yaitu 4
perkara, dan yang mustahil pada mereka itu 4 perkara, yaitu lawan dari yang
wajib. Dan yang harus bagi mereka itu satu perkara.
Maka jumlahnya 9 ‘aqaid pada sekalian Rasul. Dan disertakan di sini 4 perkara
pada rukun iman:
1. Percaya pada sekalian Rasul ‘alyhimushshalatu
wassalam dan bahwasanya Nabi Muhammad adalah Rasul penghabisan dan beliau lebih
utama dari sekalian makhluq.
2. Percaya pada sekalian Malaikat.
3. Percaya pada semua kabar/berita yang turun dari
langit.
4. Percaya pada hari qiamat.
Maka jumlahnya 13 ‘aqaid, ini masuk pada kalimah syahadah
yang kedua sebagaimana tersebut di bawah ini. Sebab semua itulah diberitakan
oleh Rasulullah SAW, maka tiap-tiap yang diberitakan oleh beliau adalah
haq/benar.
1.
Shiddiq. Nabi Muhammad dan sekalian
Rasul haq/benar perkataannya.
2.
Amanah. Nabi Muhammad dan sekalian
Rasul dipercaya dengan sempurna sehingga orang merasa aman terhadapnya.
3.
Tabligh. Nabi Muhammad dan sekalian
Rasul telah menyampaikan segala perintah Allah Ta’ala.
4. Fathanah. Nabi Muhammad dan sekalian Rasul
sempurna pemahaman dan pengetahuannya.
5. Mustahil pada sekalian mereka itu lawan empat
perkara di atas.
6.
Harus bagi sekalian mereka itu bertingkah laku seperti layaknya
manusia yang tiada menjadi kekurangan.
7.
Sekalian
Rasul shalatullah ‘alayhimu wa salam adalah
haq/benar.
8.
Nabi
Muhammad SAWpenghabisan/penutup para Rasul (Khataman
Nabiyyin) dan lebih utama dari sekalian makhluq.
9. Benar sekalian mereka itu
(‘alayhimussalam)
10. Benar sekalian kitab yang turun
kepada sekalian Rasul.
11. Benar segala kabar tentang hari
qiamat yang telah dikabarkan oleh Rasulullah SAW.
Maka dengan apa yang telah
tersebut di dalam kitab ini memadailah untuk mendapatkan yang wajib daripada
ilmu tauhid. Adapun yang lebih dari ini daripada kitab-kitab ilmu ushul yang
panjang penjabarannya dan yang dalam ibarat/pelajarannya, maka tiada harus
untuk mengajarkan yang demikian itu kepada sembarang orang (yang belum baik
ilmunya). Dalam kitab Syeikh Ibnu Hajar dikatakan: “Termasuk dosa besar yaitu
membebankan kepada orang yang bodoh dan orang-orang yang belum biasa membaca
segala ilmu atas memikir pada Dzat Allah Ta’ala dan pada ShifatNya dan pada segala
ilmu ushuluddin yang orang-orang itu tiada sampai aqalnya untuk menerima
mafhumnya, maka ini menjadi menyesatkan mereka, sebab mereka dapat menyangka
apa saja tentang Dzat Allah Ta’ala atau ShifatNya Yang bahwa itu mustahil pada
Allah Ta’ala, maka dengan yang demikian itulah bisa menjadi kafir atau menjadi
ahli bid’ah pada hal ia keliru, suka hatinya dengan sangkaannya itu. Ia
menyangka bahwa ia telah mengerti betul-betul, maka bahwa sangkanya itu didapat
dari kejahilannya dan dari tiada ‘aqalnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar