BAB I
PENJELASAN
TENTANG WUDLU
Wudhu’
Secara bahasa adalah membaguskan
Adapun
secara istilah adalah suatu perbuatan menggunakan air pada anggota-anggota
tertentu.
Dari
segi syara‘, wudhu’ bermaksud membersihkan sesuatu yang tertentu dengan
beberapa perbuatan yang tertentu.
A.
Fardlu
wudlu ada 6
1.
Niat
2.
Membasuh muka
3.
Membasuh tangan sampai siku
4.
Mengusap sebagian rambut kapala
5.
Membasuh kaki sampai mata kaki
6.
Tertib ( berurutan)
B Syarat – Syarat Wudlu
1.
Islam
2.
Tidak berhadas besar
3.
Dengan air suci dan mensucikan ( mutlak )
4.
Tamyiz yakni dapat membedakan baik
buruknya suatu pekerjaan
5.
Mengetahui mana yang wajib dan
mana yang sunah (Mengetahui kefardhuan wudhu’.)
6.
Tidak ada sesuatu yang
menghalangi air sampai ke anggota wudlu,seperti cat,getah,lem dll
7. Tidak terdapat perkara-perkara
yang membatalkan wudhu’ seperti darah haidh, nifas, air kencing dan
seumpamanya.
8.
Masuk waktu sembahyang bagi
orang yang berterusan dalam keadaan hadath seperti orang yang menghidap
penyakit beser
9.
Tidak menganggap amalan fardhu
di dalam wudhu’ sebagai amalan sunat.
10. Muwalat,
yaitu berurutan.
C Sunah-sunah Wudlu
1.
membaca basmalah
2.
membasuh kedua telapak tangan
3.
berkumur-kumur
4.
membasuh lobang hidung /
menghisap air lewat hidung
5.
mengusap seluruh kepala
6.
mendahulukan anggota yang kanan
7.
membasuh telinga
8.
Mengulang tiga kali
setiap basuhan
9.
Membasuh sela-sela jari tangan
dan kaki
10. Membaca
do’a sesudah wudlu
D. Hal- hal yang membatalkan Wudlu
1. Bersentuhan
kulit antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya
2. Tersentuh
kemaluan ( kubul dan dubur ) dengan telapak tangan
3. Mengeluarkan
sesuatu dari kubul dan dubur seperti air kencing,buang angin dll
4. Hilang
akal sebab gila, pingsan, ayan,mabuk dan tidur nyeyak.
E. Niat Wudlu
نَوَيْتُ الْوُضُوْءَ لِرَفْعِ الْحَدَثِ
اْلاَصْغَرِ فَرْضًا لِّلَّهِ تَعَالَى
Nawaitul
Wudlu’a lirof’il hadatsil ashghori fardlo lillahi ta’aalaa.
F.
Do’a Susudah Wudhlu
اَشْهَدُ اَنْ لاَاِلَهَ
اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ . اَللَّهُمَّ اجْعَلْنِى مِنَ التَّوَّابِيْنَ وَاجْعَلنِي مِنَ
الْمُتَطَهِّرِيْنَ وَاجْعَلنِى مِنْ عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ
“
Asyhadu alla illaha illalloh wahdahu laa syariikalahu, wa asyhadu anna
Muhammadan ‘abduhuu warasuuluh. Allahummaj’alnii minattawwaabiina waj’alnii
minal mutathohhiriin. “
PANGGILAN SHOLAT
ADZAN
Adzan
secara bahasa berarti pemberitahuan.
Secara
Hukum syara‘ adzan adalah: gabungan perkataan sebagai pemberitahuan tentang masuknya
waktu sholat dengan lafaz-lafaz tertentu.
Lafadz
Adzan yaitu:
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ ×2
اَشْهَدُ اَنْ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ ×2
وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَّسُوْلُ
اللهِ ×2
حَيَّ عَلَي الصَّلاَةِ ×2
حَيَّ عَلَي الْفَلاَحِ ×2.
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ .
لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ .
Allaahu
akbar Allaahu akbar 2X
Asyhadu
alla illaaha illalloh. 2X
Asyhadu
anna Muhammadar rosuuluullooh 2X
Hayya
‘alash sholaah 2X
Hayya
‘alal falaah 2X
Alloohu
akbar Alloohu akbar
Laa
illaaha illallooh.
Do’a
setelah adzan dan iqomah:
اَللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ
التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ. آتِ سَيِّدَ نَا مُحَمَّدَ نِالْوَسِيْلَةَ
وَالْفَضِيْلَةَ وَالدَّرَجَةَ الرَّفِيْعَةَ , وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَّحْمُوْدَا
نِ الَّذِى وَعَدْتَهُ اِنَّكَلاَتُحْلِفُ الْمِيْعَادَ وَصَلَّى اللهُ
عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ .
Alloohumma
Robba haadzihid da’watit taammah, washsholaatil qoo’imah aati sayyidinaa
Muhammadanil wasiilaata wal fadliilah, wad darojatar rofii’ah, wab-atshu
maqoomam mahmuudanilladzii wa’adtah. Innaka laa tukhliful mii’aad.
Washollalloohu ‘alaa Muhammadin wa ‘alaa aalihi washohbihi wasallam.
IQOMAH
Iqamah
adalah ucapan tertentu untuk membangkitkan para hadirin mengerjakan sholat. Dengan
kata lain iqomat adalah pemberitahuan bahwa sholat akan segera dimulai.
Bacaan
Iqomah :
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ اَشْهَدُ اَنْ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ . اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَّسُوْلُ اللهِ حَيَّ عَلَي الصَّلاَةِ حَيَّ عَلَي
الْفَلاَحِ.قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةِ 2x.
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ . لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ
Allaahu
akbar Allaahu akbar.
Asyhadu
alla illaaha illalloh.
Asyhadu
anna Muhammadar rosuuluullooh
Hayya
‘alash sholaah
Hayya
‘alal falaah
Qod
qoomatis shoolah 2 x
Alloohu
akbar Alloohu akbar
Laa
illaaha illallooh.
Jawaban
Adzan dan Iqomat
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ : اَقَامَهَا اللهُ وَاَدَامَهَاوَمِنْ
صَالِحِ اَهْلِهَا
اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ : مَرْحَبًا بِالْقَائِلِيْنَ عَدْلاً .
مَرْحَبًا بِالصَّلوةِ وَعَدْلاً
اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًارَّسُوْلُ اللهِ : مَرْحَبًا بِذِكْرِ اللهِ
تَعَالى قُرَّةَ اَعْيُنِنَا بِكَ يَارَسُوْلُ اللهِ
حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ : لاَحَوْلاَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ
الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ : لاَحَوْلاَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ
بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
الصَّلاَةُ خَيْرٌ مِّنَ النَّوْمِ : صَدَقْتَ وَبَرَرْتَ يَارَسُوْلُ اللهِ
Allaahu
akbar Allaahu akbar. : Aqomahawloohu wa adaanahaa min shoolihi ahliha
Asyhadu
alla illaaha illalloh. :marhaban bil qooiliin adlan, marhaban bis shoolaati
wa adlan
Asyhadu
anna Muhammadar rosuuluullooh: marhaban bidzikrillahi taala qurrota a’yunina bika ya rosulolloh
Hayya
‘alash sholaah: laa haula wala quwwata illa billahil aliyyil adhiim
Hayya
‘alal falaah : laa haula wala quwwata illa billahil aliyyil adhiim
Assholatu
Khoerum minan naum : shodaqta wa barorta ya rosululloh
BAB III
Shalat secara
bahasa adalah doa
Sedang
secara istilah adalah Ibadah yang dimulai dengan takbiratul ihrom dan
diakhiri dengan salam dengan sarat dan rukun tertentu.
1.
Syarat Wajib Shalat
§
Islam
§
Berakal sehat,
§
Baligh
§
Suci dari haid dan nifas
§
Telah sampai dakwah tentang
sholat
2. Syarat
Sah Shalat
§ Suci
dari hadats kecil dan besar
§ Suci
badan pakaian dan tempat
§ Menutup
aurat
§ Mengetahui
waktu shalat / telah masuk waktu shalat.
§ Menghadap
kiblat
3. Rukun
Shalat
§ Niat
§ Takbiratul
Ihram
§ berdiri
bagi yang kuasa
§ membaca
surat Al Fatihah
§ Rukuk
dengan thuma’ninah
§ I’tidal
dengan thuma’ninah
§ Sujud
dengan thuma’ninah
§ Duduk
diantara sujud dengan thuma’ninah
§ Duduk
tasyahud akhir
§ Membaca
tasyahud akhir
§ Membaca
shalawat Nabi pada tasyahud akhir
§ Membaca
salam yang pertama
§ Tertib
(berurutan )
4. Yang Membatalkan Shalat
a.
Kedatangan hadast kecil atau
besar.
b.
Kedatangan/kejatuhan najis
yang tiada dimaaf, melainkan jika najis yang kering dan segera dijatuhkan dengan tiada
memegang atau memikulnya dan
tiada ada bekas-bekasnya ditempat kenanya itu
c.
Terbuka aurat jika tidak segera
ditutup.
d.
Dengan sengaja menyebut dua
huruf sekalipun tidak ada artinya atau satu
huruf yang ada memiliki arti.
e.
Sengaja makan atau minum
sekalipun sedikit atau banyak,sekalipun karena lupa.
f.
Bergerak tiga kali
berturut-turut sekalipun karena lupa.
g.
Menambah satu rukun fi’li
dengan sengaja.
h. Mendahulukan gerakan Imam
dengan dua rukun fi’li atau ketinggalan dari padanya dengan dua rukun fi’li
dengan tiada uzur (sebab).
i.
Niat di dalam hati untuk
membatalkan shalat atau menggantungkan
niat itu dengan sesuatu barang (keadaan) atau pergi datang fikiran untuk
membatalkannya itu.
A.
Sunnah di dalam Shalat, yaitu:
1.
Sunnah mengangkat kedua tangan pada; takbiratul ihram,
ketika hendak ruku, bangun daripada ruku’ dan bangun daripada tasyahud awal.
2. Sunnah membaca do’a istiftah setelah
takbiratul ihram.
3.
Sunnah membaca اَعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ sebelum membaca Al-Fatihah.
4. Sunnah membaca آمِيْنْ setelah membaca Al-Fatihah.
5. Sunnah membaca surah pada dua raka’at
Shalat Subuh dan dua raka’at pada shalat-shalat yang lain.
6. Sunah membaca dengan jahir (keras) bagi munfarid
(shalat sendiri) dan bagi imam pada dua raka’at Shalat Shubuh, Shalat Jum’at,
Shalat Idhul Fitri & Idul Adha, dan dua raka’at pada permulaan Shalat
Maghrib dan Isya.
7.
Sunnah mengucapkan takbir intiqal yakni
mengucapkan اَللهُ اَكْبَرُ ketika berpindah daripada suatu rukun
kepada rukun yang lain, melainkan ketika bangun dari ruku’ maka sunnah
mengucapkan
سَمِعَ اللهُ لِمَنْ
حَمِدَهُ..
8. Sunnah membaca tasbih pada saat ruku’
dan sujud sebanyak tiga kali.
9. Sunnah membaca do’a I’tidal.
10. Sunnah membaca do’a qunut setelah do’a
I’tidal pada Shalat Subuh.
11. Sunnah membaca do’a antara dua sujud.
12. Sunnah membaca do’a setelah tasyahud
akhir.
13. Sunnah meletakkan kedua tangan dibawah
dan diatas pusar ketika sedang berdiri Shalat.
14. Sunnah memandang kepada tempat sujud.
15. Sunnah meletakkan kedua tangan di atas
lutut ketika duduk tasyahud, dan sunnah memegang seluruh jari-jari tangan
kanannya kecuali telunjuknya maka dilepaskannya dan diangkatnya ketika
mengucapkan اِلاَّ اللهُ.
16. Sunnah berpaling muka ke kanan pada
salam yang pertama dan berpaling ke kiri pada salam yang kedua.
5.
Sunah-sunah dalam Shalat
Sunah
shalat dibagi 2 yaitu sunah hai’at dan sunah ab’ad
A. Sunah
Hai’at adalah amalan yang lebih utama untuk dikerjakan untuk
kesempurnaan shalat dan jika lupa tidak dikerjakan, tidak perlu diganti dengan
sujud sahwi.
Diantara
sunah hai’at :
§
Mengangkat kedua tangan waktu
takbiratul ihram
§
Meletakkan telapak tangan kanan
diatas pergelangan tangan kiri ketika bersedekap
§
Membaca do’a iftitah
§
Membaca ta’awud
§
Membaca amin setelah membaca
fatihah
§
Membaca surat / ayat Al qur’an
setelah AL Fatihah
§
Mengeraskan bacaan fatihah dan
surat Al qur’an pada rokaat pertama dan kedua pada shalat Maghrib , Isya’ dan
Subuh, kecuali makmum
§
Membaca takbir ( Allohu akbar )
setiap pindah rukun
§
Membaca tasbih ketika rukuk dan
sujud
§
Membaca sami’ Allahuliman
hamidah waktu I’tidal
§
Duduk iftirasy (waktu tahiyyat
awal)
§
Duduk Tawarruk (waktu Tahiyyat
akhir)
§
Membaca salam yang kedua
§
Memalingkan muka kekanan dan
kekiri saat mengucapkan salam
B.
Sunah Ab’ad adalah sunah – sunah dalam shalat yang jika lupa
tidak dikerjakan harus diganti dengan sujud sahwi ( sujud karena lupa ), diantara
sunah Ab’ad adalah :
§ Tidak
membaca Tasyahud Awwal
§ Tidak
Duduk dalam membaca Tasyahud Awwal
§ Tidak
membaca Shalawat atas Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam di Tasyahud Awwal
§ Tidak
Membaca Shalawat atas Keluarga Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam di Tasyahud Akhir
§ Tidak
membaca do’a qunut pada Shalat Shubuh
§ Tidak
membaca Shalawat dan Taslim atas Nabi dan atas keluarganya dan sahabatnya di dalam do’a qunut.
§ Tidak
berdiri pada saat membaca do’a qunut.
Pekerjaan yang Makruh di dalam
Shalat
Perihal
pekerjaan yang makruh (dibenci Allah) di dalam shalat yaitu:
1.
Menengok ke atas atau ke kanan
atau kiri.
2.
Menyimpulkan rambut atau kain
atau baju dengan tiada hajat
(maksud/sebab)
3.
Bershalat dengan
menahan hadast (menahan buang air kecil/besar atau angin)
4.
Berdiri dengan sebelah kaki atau memajukan salah
satu kakinya dengan
tiada
uzur (sebab)
5.
Bersender pada sesuatu barang
yang sekiranya dilakukannya niscaya
jatuh olehnya.
6.
Bertolak pinggang.
7.
Jahir di
dalam Shalat Sir
(bersuara keras pada shalat
Zuhur dan Ashar)
dan Sir
ditempat yang jahir (bersuara
pelan di
Shalat Shubuh, Maghrib
dan
Isya’).
8.
Membarengkan gerakan Imam di
dalam ruku’, sujud atau lainnya.
SOLAT
NAFILAH/SUNAH
Sholat Nafilah ialah solat
tambahan dari apa yang difardhukan oleh Allah subhanahu wata‘ala.
Sholat sunat terbahagi kepada
dua bentuk yaitu:
1. Sholat yang dilakukan secara tidak berjama‘ah
(sendiri-sendiri)
2. Sholat yang dilakukan secara berjama‘ah.
Sholat yang dilakukan secara tidak berjama‘ah (sendiri-sendiri)
terbagi dua
1. Sholat
sunat yang mengiringi sholat fardhu
2. Sholat
sunat yang tidak mengiringi sholat fardhu
Sholat sunat yang mengiringi sholat
fardhu terbagi dua:
1. Sunnah yang Mu’akkad (yang dianjurkan),
jumlahnya ada 10 (sepuluh) raka’at, yaitu:
a. Dua raka’at sebelum (qabliyah) shalat
Shubuh.
b. Dua raka’at sebelum (qabliyah) shalat
Zhuhur atau Jum’at
c. Dua raka’at setelah (ba’diyah) shalat
Zhuhur atau Jum’at.
d. Dua raka’at setelah (ba’diyah) shalat
Maghrib.
e. Dua raka’at setelah (ba’diyah) shalat Isya’.
2. Sunnah yang bukan Mu’akkad (bukan yang
dianjurkan), jumlahnya ada 12 (duabelas) raka’at, yaitu:
a. Dua raka’at ditambahkan sebelum shalat
Zhuhur atau Jum’at.
b. Dua raka’at ditambahkan setelah shalat
Zhuhur atau Jum’at.
c. Empat raka’at sebelum shalat Ashar.
d. Dua raka’at sebelum shalat Maghrib.
e. Dua raka’at sebelum shalat Isya’.
Sholat sunat yang tidak
mengiringi sembahyang fardhu dibagi dua
bagian yaitu:
a) Sholat
sunat yang tiada nama dan waktu tertentu yang lebih dikenali sebagai sembahyang
sunat mutlaq, dilakukan pada waktu kapan saja kecuali pada waktu
yang dilarang melakukan kegiatan sholat. Sholat mutlaq dilakukan dengan dua
raka‘at pada setiap salam
b) Sholat
sunat yang ada nama dan waktu tertentu, diantaranya:
1.
Sholat sunat tahiyyatul masjid,
yaitu sembahyang dua raka‘at sebelum duduk setiap kali masuk masjid.
2.
Sholat sunat witir.
Adapun waktunya adalah dari sehabis shalat Isya’ hingga
Fajar. Yang
paling afdhal ialah dilewatkan sehingga ke akhir sembahyang malam.
Sekurang-kurang witir ialah satu raka‘at, tetapi makruh jika hanya melakukan
dengan bilangan tersebut dan sekurang-kurang bilangan raka‘at yang sempurna
ialah tiga raka‘at. Didirikan dua raka‘at kemudian satu raka‘at. Jumlah yang
paling sempurna ialah sebelas raka‘at.
3.
Qiyamullail. dinamakan juga
dengan tahajjud jika dilakukan selepas tidur. Qiyamullail merupakan sunat yang
tidak mempunyai bilangan raka‘at yang tertentu. dilaklsanakan selepas bangun
tidur dan sebelum adzan Subuh.
4.
Sholat sunat dhuha.
Sekurang-kurang sembahyang sunat dhuha ialah dua raka‘at dan yang paling banyak
dan sempurna ialah delapan raka‘at. lebih afdhal jika dipisahkan pada setiap dua
raka‘at dengan salam. Waktunya bermula dari naik matahari sehingga tergelincir/ masuknya waktu shalat Zhuhur. dan yang afdhalnya yaitu setelah berlalu satu
perempat siang hari.
5.
Sholat sunat istikharah, yaitu sholat
dua raka‘at yang didirikan bukan pada waktu yang dimakruhkan. disunatkan siapa
yang ingin kepada sesuatu urusan atau ingin melakukan sesuatu perkara yang
diharuskan, tetapi tidak mengetahui kebaikan yang ada padanya. Disunatkan
membaca doa ma’tshur yang datang daripada Rasulullah selepas selesai sholat..
6.
Sholat Sunnah Wudhu’ (sunnatul wudhu’),
yaitu dua raka’at sesudah mengambil Air Wudhu.
7.
Sholat Sunnah Tahiyatul Masjid (menghormati masjid), yaitu
dua raka’at jika memasuki masjid.
SHOLAT YANG DISUNATKAN SECARA
BERJEMAAH
1.
Sholat
Dua Hari Raya
Sholat
hari raya yaitu hari raya puasa (idul fitri) dan hari raya korban (idul adha) hukumnya
sunnah mu’akkadah. dilakukan secara berjama‘ah tetapi tetap sah jika dilakukan
secara sendirian. Waktunya dari terbit matahari hingga gelincir matahari. Waktu
yang lebih afdhal adalah ketika matahari naik sekadar panjang lembing (tinggi
segalah). Sholat hari raya dilakukan dua raka`at. dimulai dengan takbiratul
ihram kemudian membaca doa iftitah, kemudian bertakbir sebanyak tujuh kali
seperti takbiratul ihram. Ketujuh takbir tersebut dipisahkan satu sama lain sekadar satu ayat yang
sederhana dan disunatkan membaca tasbih. Kemudian membaca isti`azah dan membaca
al-fatihah serta membaca satu surat atau beberapa ayat. Takbir untuk raka‘at
yang kedua sebanyak lima kali.
Selain
daripada itu dalam sholat idul fitri dan idul adha disunatkan berkhutbah dengan
dua khutbah setelah selesai sholat sama seperti khutbah jumaat, cuma ia
dilakukan sesudah sholat.
2.
Sholat
Tarawih
Sholat
tarawih disyari‘atkan khusus pada bulan Ramadhan dan sunat didirikan secara
berjama‘ah serta sah jika didirikan secara individu. Waktunya di antara
sembahyang ‘Isya’ dan sembahyang Subuh dan sebelum sembahyang witir. Ia boleh
didirikan sebanyak delapan raka‘at dan boleh sebanyak dua puluh raka‘at dengan
dilakukan setiap dua raka‘at satu salam.
3.
Sholat
Gerhana Matahari dan Bulan
Sunnah melakukan Shalat Kusufil Syamsi, yakni
Shalat Gerhana Matahari, dan Shalat Khusufil Qamari, yakni Shalat
Gerhana Bulan.
Ke dua
sholat tersebut dilaksanakan ketika cahaya matahari atau bulan terlindung sama
ada sebahagiannya atau kesemuanya. Kebiasaannya, al-kusuf digunakan bagi
gerhana bulan. Hukumnya ialah sunnah mu’akkadah. Jika sholat gerhana matahari, maka bacaan hendaklah
diperlahankan, jika gerhana bulan, bacaan hendaklah dinyaring dan dikuatkan.
Sembahyang
gerhana mempunyai dua cara:
1)
Dilakukan pada setiap raka‘at
dengan dua kali berdiri, dua kali membaca (Al-Fatihah dan ayat) serta dua kali
ruku‘ tanpa memanjangkannya (berdiri, membaca dan ruku‘, kemudian berdiri
membaca dan ruku‘). Dan sah sembahyang gerhana jika didirikan dua raka‘at
dengan dua kali berdiri dan dua kali ruku‘ seperti sembahyang Juma‘at.
2)
Dilakukan pada setiap raka‘at
dengan dua kali berdiri. Pada setiap kali berdiri dibaca bacaan yang panjang.
Dibaca selepas Al-Fatihah, Surah Al- Baqarah atau surah-surah lain yang sama
panjangnya pada berdiri kali pertama di raka‘at pertama. Untuk berdiri kali
kedua pada raka‘at pertama, dibaca ayat yang menyamai 200 ayat. Manakala bacaan
ketika berdiri kali pertama pada raka‘at kedua ialah sekadar 150 ayat. Dan
bacaan ketika berdiri kali kedua pada raka‘at kedua ialah bacaan yang menyamai
100 ayat Surah Al-Baqarah.
Kemudian
apabila ruku‘, maka dipanjangkannya sehingga menyamai lebih kurang dengan 100
ayat, ruku‘ kedua dipanjangkan sekadar 80 ayat, ruku‘ ketiga sekadar 70 ayat
dan ruku‘ keempat sekadar 50 ayat. Cara yang kedua ini adalah yang lebih
sempurna.
Apabila
sembahyang telah selesai, imam bangun berkhutbah dengan dua khutbah, sama
seperti khutbah Juma‘at, cuma imam hendaklah mendorong orang ramai supaya
bertaubat, melakukan kebaikan serta memberi ingatan agar tidak lalai.
Niat shalat Gerhana adalah sebagai
berikut:
1.
Niat Shalat Gerhana Matahari:
أُصَلِّى
سُنَّةَ الْكُُُُُُسُوْفِ
الشَّمْسِ رَكْعَتَيْنِ ِللهِ تَعَالَى.
Artinya: niat
saya shalat Sunnah Gerhana Matahari dua
raka’at karena Allah Ta’ala.
2.
Niat Shalat Gerhana Bulan:
أُصَلِّى
سُنَّةَ الْخُسُوْفِ الْقَمَرِ رَكْعَتَيْنِ
ِللهِ تَعَالَى.
Artinya: niat
saya shalat Sunnah Gerhana Bulan dua raka’at
karena Allah Ta’ala.
Niat shalat gerhana berbarengan dengan
Takbiratul Ihram seperti shalat pada umumnya.
Sunnah-sunnah dalam Shalat Gerhana:
1.
Setelah I’tidal: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ pada tiap raka’at maka sunnah membaca
Al-fatihah lagi untuk yang kedua kali dan dilanjutkan dengan bacaan surat.
2.
Pada tiap-tiap raka’at dilakukan 2 kali
qiyam (berdiri), 2 kali membaca Al-Fatihah, 2 kali ruku’ dan 2 kali I’tidal.
3.
Sunnah shalat dengan jahar (suara keras) pada Gerhana Bulan dan
sir (bersuara perlahan) pada Gerhana Matahari.
4.
Waktu mengerjakan shalatnya terjadi semenjak mulai
gerhana Matahari/Bulan sampai dengan hilangnya gerhana itu yaitu setelah
masuknya Matahari pada Gerhana Matahari atau terbitnya kembali Matahari pada
Gerhana Bulan.
5.
Sunnah membaca khutbah pada kedua shalat itu, afdhalnya
adalah dengan 2 khutbah seperti shalat hari raya.
4.
Sembahyang
Istisqo’ (Minta hujan)
Makna
sholat istisqa’ ialah sholat yang disyari‘atkan ketika hujan tidak turun dan
mata air kekeringan. anjuran melaksanakan sholat akan luput apabila turun hujan ketika akan
sholat atau mata air mula mengalir.
Terdapat
tiga cara untuk meminta hujan :
1)
Cara paling minimal, yaitu
berdoa kepada Allah pada waktu yang disukai.
2)
Cara pertengahannya ialah
dengan berdoa sesudah ruku‘ pada raka‘at terakhir sholat, atau sesudah selesai sholat.
3)
Cara yang paling sempurna ialah
dengan melakukan perkara-perkara berikut:
a) Tingkat
permulaan, imam (ketua pemerintah) hendaklah menyuruh orang/masyarakat supaya
bertaubat, bersedekah kepada fakir miskin, meninggalkan segala bentuk kedzoliman,
dan berpuasa selama empat hari berturut-turut.
b) Imam
/ ketua pemerintah keluar bersama-sama orang warga masyarakat pada hari ke
empat dalam keadaan berpuasa, memakai pakaian yang lama (lusuh), dalam keadaan
khusyu‘ dan hina menuju ke padang yang luas melalui satu jalan tertentu dan
pulangnya melalui jalan yang lain pula. Kemudian ketua melakukan sholat bersama-sama
orang ramai sebanyak dua raka‘at seperti sembahyang hari raya.
c) Apabila
selesai sembahyang, imam (ketua pemerintah) hendaklah berkhutbah dengan dua
khutbah seperti khutbah hari raya, hendaklah dimulai dengan istighfar sembilan
kali pada khutbah pertama dan tujuh kali pada khutbah kedua sebagai ganti
kepada takbir. Apabila khutbah kedua bermula dan berlalu satu pertiga
daripadanya, khatib hendaklah berpaling ke arah qiblat dengan membelakangkan
orang ramai dengan mengubah kedudukan kain jubah atau selendang dengan
dijadikan bahagian atas ke bawah, bahagian bawah ke atas, bahagian kanan ke
kiri dan bahagian kiri ke kanan sebagai bentuk rasahina di hadapan Allah
subhanahu wata‘ala. Orang /warga masyarakat/jamaah juga disunatkan melakukan
apa yang dilakukan oleh khatib.
5.
Sholat
Jenazah
Shalat Janazah adalah menyolatkan mayyit atau orang yang sudah
meninggal.
hukumnya Fardhu Kifayah
bagi orang dalam
suatu negeri atau kampung yang mengetahui meninggalnya seseorang Muslim.
Arti Fardhu Kifayah adalah: suatu kewajiban
apabil sudah dikerjakan oleh sebagian orang, maka terlepaslah/gugurlah
kewajibannya itu atas yang lain, dan bilamana tidak dikerjakan
sama-sekali oleh orang-orang yang telah mengetahui akan meninggalnya seorang
mayyit muslim, maka berdosalah seluruh orang-orang itu.
Ada 4 (empat) perkara yang menjadi Fardhu Kifayah, yaitu:
1.
Memandikan mayyit.
2.
Mengkafankan mayyit.
3.
Menyalatkan mayyit.
4.
Menguburkan mayyit.
Memandikan Mayyit:
Sekurang-kurangnya memandikan mayyit adalah meratakan
sekalian tubuhnya dengan air yang suci dan menyucikan, dengan terlebih dahulu
membasuh segala najis yang ada.
Beberapa hal dalam Memandikan Mayyit:
1. Sunnah niat Memandikan Mayyit.
2. Sunnah memandikannya ditempat yang
tertutup dengan pagar atau kain.
3. Wajib tidak terlihat antara pusat sampai
lutut si mayyit itu.
4. Sunnah melipat sepotong kain (pakai
sarung tangan) di tangan kiri bagi yang memandikan mayyit untuk membasuh najis
yang ada pada mayyit, dan sepotong kain yang lain untuk suginya (giginya), dan
sepotong kain lagi untuk menggosok badannya.
5. Sunnah pada permulaan memandikannya
dengan air campur bidara, yang kedua dengan air biasa saja, kemudian di
penghabisannya dengan air yang dicampur dengan sedikit kapur barus, semuanya
tiga kali-tiga kali sambil di petel (digosok) sekalian badannya.
6. Sunnah mengambilkan wudhu bagi mayyit,
sedangkan niatnya adalah wajib bagi yang mengambilkan wudhu itu.
Mengkafankan Mayyit:
Sekurang-kurangnya mengkafankan mayyit
adalah dengan sehelai (satu lapis) kain yang menutupi sekalian badannya.
Beberapa hal dalam Mengkafankan Mayyit:
1. Bagi mayyit laki-laki sunnah dikafankan
dengan 3 (tiga) helai kain putih yang baru dan tiap-tiap helai menutupi
sekalian badannya.
2. Bagi mayyit perempuan sunnah memakai
ghamis yaitu baju kurung dan telengkung (mukenah) dan kain dan masing-masing 2
(dua) helai.
3. Sunnah bagi keduanya (mayit laki-laki
atau perempuan) dipakaikan kapas yang dicampur dengan cendana dan kapur barus
yang diletakkan diatas tiap-tiap lubang badan dan anggota sujud.
Menyalatkan Mayyit (shalat Janazah):
Rukun Shalat
Janazah 7 (tujuh) perkara, yaitu:
1. Niat Shalat Janazah.
2. Shalatnya dengan 4 (empat) takbir,
dimana Takbir pertama adalah Takbiratul ikhram.
3. Membaca Al-Fatihah dengan sunnah membaca
اَعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ
الرَّجِيْمِ saja dan tidak sunnat membaca do’a istiftah.
4. Shalat dilakukan dengan berdiri jika
kuasa.
5. Membaca Shalawat (seperti shalawat pada tashahhud akhir) sesudah takbir yang kedua.
6. Mendo’akan Mayyit setelah takbir yang ke
tiga, sekurang-kurangnya yaitu:
اَللَّـهُمَّ اغْفِرْلَهُ artinya: Ya
Allah Tuhanku ampunilah bagi mayyit ini.
7. Memberi salam setelah takbir yang ke
empat, sunnah dengan menambahkan وَبَرَكَاتُهُ .
Adapun aturan dalam Shalat Janazah pada takbir yang
pertama dan yang ke dua, maka Wajibnya dan Sunnahnya adalah sama saja bagi
mayyit laki-laki atau perempuan.
Sedangkan pada takbir yang ke tiga dan ke empat, maka ada
perbedaan dhamirnya (sebutannya).
Berikut adalah Tata
cara Shalat Janazah:
1. Niat Shalat Janazah:
اُصَلِّى
عَلَى هَـذَا الْمَيِّتِ أَرْ بَعَ تَكْبِيْرَاتٍ فَرْضَ الْكِفَايَةٍ ِللهِ تَعَالَى.
Artinya: Niat saya shalat atas mayyit ini dengan 4 takbir fardhu
kifayah lillahi ta’ala
2. Takbiratul ihram: اَللهُ اَكْبَرُ (berbarengan
dengan niat itu)
3. Dilanjutkan dengan membaca Al-Fatihah
dan sunnah اَعُوْذُبِاللهِ, yaitu:
Tidak Sunnah membaca Surah setelah
Al-Fatihah.
4. Takbir yang kedua: اَللهُ اَكْبَرُ
5. Dilanjutkan dengan membaca Shalawat:
اَللَّـهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ النَّبِيِّ اْلاُمِّيِّ، وَعَلَى آلِ
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وُذُرِّيَّتِهِ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ.
وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْ
لِكَ النَّبِيِّ اْلاُمِّيِّ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ
وُذُرِّيَّتِهِ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ.
فِي الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
6. Takbir yang ketiga: اَللهُ اَكْبَرُ
7. Dilanjutkan dengan do’a mayyit:
Bagi mayyit laki-laki adalah sebagai berikut:
اَللَّـهُمَّ
اغْفِرْلَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ
مَدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا
كَمَا يُنَقَّىالثَّوْبُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا
مِنْ دَارِهِ، وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ،
وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَأًعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَ عَذَابِ النَّارِ.
Bagi mayyit perempuan adalah sebagai berikut:
اَللَّـهُمَّ
اغْفِرْلَهَ وَارْحَمْهَ وَعَافِهَ وَاعْفُ عَنْهَ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهَ وَوَسِّعْ
مَدْخَلَهَ، وَاغْسِلْهَ بِالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهَ مِنَ الْخَطَايَا
كَمَا يُنَقَّىالثَّوْبُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِ لَّهَ دَارًا
خَيْرًا مِنْ دَارِهَ، وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهَ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ
زَوْجِهَ، وَأَدْخِلْهَ الْجَنَّةَ وَأًعِذْهَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَ عَذَابِ
النَّارِ.
Artinya:
Ya Allah Tuhanku, ampuni bagi mayyit ini
dosanya dan berikan Rahmat padanya dan sentosakannya dan maafkan padanya, dan
mulyakan datangnya dan luaskan kuburnya dan sucikan dia dengan embun dan dengan
air dan dengan air barad, dan bersihkan dia daripada segala dosa seperti
dibersihkannya kain putih daripada segala kotoran, dan gantikan baginya rumah
yang terlebih baik dari rumahnya, dan keluarga yang terlebih baik daripada
keluarganya, dan Istri yang lebih baik daripada istrinya (bagi wanita: dan
perangai suami yang lebih baik dari perangai suaminya didunia), dan masukkan
dia ke dalam syurga dan jauhkan dia dari siksa kubur dan siksa api neraka.
8. Takbir yang ke Empat: اَللهُ اَكْبَرُ
9. Dilanjutkan dengan ber do’a:
Bagi mayyit laki-laki adalah sebagai berikut:
اَللَّـهُمَّ
لاَ تَحْرِمْنَا اَجْرَهُ، وَلاَ تُفْتِنَّا بَعْدَهُ، وَاغْفِرْلَنَا وَلَهُ.
Bagi mayyit perempuan adalah sebagai berikut:
اَللَّـهُمَّ
لاَ تَحْرِمْنَا اَجْرَهَ، وَلاَ تُفْتِنَّا بَعْدَهَ، وَاغْفِرْلَنَا وَلَهَ.
Artinya:
Ya Allah Tuhanku, janganlah luputkan
kami akan pahalanya, dan janganlah fitnahkan kami sesudahnya, dan ampuni kami
dan baginya.
10. Memberi salam 2 (dua) kali, yaitu:
اَلسَّلاَمُ
عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.(2×)
Menguburkan Mayyit:
Sekurang-kurangnya Mengubur Mayyit
adalah mengubur dalam satu lobang yang dapat menutup aroma bau dan mencegahnya
dari (korekan/ galian) binatang-binatang
buas.
Sunnahnya bahwa dalamnya kubur itu seberdirian ditambah satu hasta (setinggi orang dewasa
yang sedang berdiri sambil mengangkat/ melambaikan tangannya).
Wajib menghadapkan mayyit ke arah
Kiblat, dan sunnah dibacakan Talqin dan do’a wahabah, maka sekalian itu
tersebut di dalam kitab “Maslikul Akhyar” dengan segala artinya.
Syarat-syarat
sah sholat jenazah ialah sebagai berikut:
1.
Sholat jenazah sama halnya dengan
sholat yang lain, yaitu harus menutup ‘aurat, suci dari hadath besar dan kecil,
suci badan, pakaian dan tempat serta menghadap ke arah qiblat.
2.
Mayat sudah dimandikan dan
dikafankan.
3.
Mayat diletakan sebelah qiblat
mereka yang menyolatkannya
4.
Cara melakukan sholat jenazah
ialah dengan keadaan berdiri saja, dengan tidak menggunakan gerakan ruku‘,
sujud, tasyahhud dan duduk. Serta tidak disertai dengan adzan dan iqamah.
Rukun-rukun
dan cara menunaikannya adalah seperti berikut:
1.
Bertakbir dengan takbiratul
ihram dalam keadaan berniat sholat atas mayat.
2.
Selepas bertakbir, dibaca Surah
Al-Fatihah.
3.
Bertakbir untuk kali kedua. Dan
seterusnya membaca salawat dengan salawat paling afdhal ialah salawat
Ibrahimiyyah.
4.
Kemudian bertakbir untuk kali
ketiga dan berdoa untuk si mati selepas takbir tersebut.
5.
Kemudian bertakbir untuk kali
keempat dan berdoa selepasnya.
6.
Kemudian memberi salam ke
sebelah kanan dan kiri.
BAB
IV
Shalat Qashar dan Jama’
Arti Qashar adalah: Mengurangi 2 (dua)
raka’at dari shalat (yang empat raka’at) seperti Shalat Zhuhur, Ashar dan
Isya’.
Arti Jama’ adalah: menggabungkan dua shalat
fardhu didalam satu waktu.
Syarat-syarat Qashar ada 7 perkara:
1. Mengetahui akan harusnya bagi orang yang
berlayar (musafir/bepergian) yang perjalanannya itu berjarak dua marhalah
yaitu perjalanan 90 pal
(kilometer).
2. Jangan kurang kadar jarak perjalanannya itu dari yang ditentukan di atas.
3. Perjalanannya itu bukan dengan maksud maksiat (piknik
maksiat misalnya mau nonton bola,pesta dll)
4. Qasadnya (tempat yang akan dituju) pada
tempat yang sudah ditentukan sebelumnya.
5. Niat Qashar di dalam takbiratul ihram.
6. Jangan mengikuti imam yang sedang shalat
tamam (shalat yang lengkap/biasa).
7. Senantiasa pelayarannya itu hingga akhir
shalat.
Arti Jama’ Taqdim yaitu: mendahulukankan
Shalat Asyar diwaktu Zhuhur atau mendahulukankan Shalat Isya’ diwaktu Maghrib.
Maka syaratnya ada 4 perkara:
1. Mendahulukan shalat Zhuhur baru kemudian
Asyar atau mendahulukan shalat Maghrib baru kemudian Isya’.
2. Niat Jama’ di dalam shalat yang
didahulukan itu (didalam shalat Zhuhur atau shalat Maghrib), dengan mengatakan
di dalam hatinya saja: “niat
saya menjama’ shalat Ashar di waktu Zhuhur” atau “niat
saya u menjama’ shalat Isya
diwaktu Maghrib”.
3. Segera melakukan shalat antara keduanya
(maksudnya setelah salam shalat Zhuhur langsung takbiratul ihram lagi untuk
shalat Ashar)
4. Senantiasa perjalanannya itu hingga
habis waktu untuk takbiratul ihram shalat yang kedua (shalat Ashar atau Isya’).
Arti Jama’ Ta’khir yaitu: menta’khirkan
shalat Zhuhur di waktu Asyar atau menta’khirkan shalat Maghrib di waktu Isya’.
Maka syaratnya ada 2 perkara:
1.
Niat menta’khirkan diwaktu yang awal (misalnya di waktu
Zhuhur tetapi diluar shalat atau di waktu Maghrib tetapi diluar shalat) dan
sunnah berlafadz akan niat
itu sebagai berikut:
نَوَيْتُ تَأْخِيْرَ الظُّهْرِ إِلَى الْعَصْرِ.
Artinya: Aku
niat menta’khirkan Zhuhur kepada Ashar.
Atau:
نَوَيْتُ تَأْخِيْرَ الْمَغْرِبِ إِلَى الْعِشَآءِ
Artinya: Aku
niat menta’khirkan Maghrib kepada Isya’
2.
Senantiasa pelayarannya (perjalanannya) itu hingga shalat
yang kedua. (shalat Ashar atau Isya tetapi cukup waktunya untuk melakukan
shalat jama’ tersebut).
BACAAN-BACAAN
SHALAT
a.
Niat-niat Shalat Fardhu
1.
Shalat Subuh
اُصَلِّى فَرْضَ الصُّبْحِ رَكْعَتَيْنِ
مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ اَدَاءً ( مَأْمُوْمًا / إِمَامًا ) لِلَّهِ تَعَلَى,
اَللهُ اَكْبَرُ
Ushollii
fardlosh shubhi rok’ataini mustaqbilal qiblati adaa-an ( ma’muuman/ imaaman
) lillaahi ta’aalaa , Allohu akbar.
2. Shalat Duhur
اُصَلِّى فَرْضَ الظُّهْرِ اَرْبَعَ
رَكَعَاتٍ مُّسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ اَدَاءً ( مَأْمُوْمًا / إِمَامًا) لِلَّهِ تَعَلَى , اَللهُ اَكْبَرُ
Ushollii
fardlodh dhuhri arba’a roka’aatim mustaqbilal qiblati adaa-an ( ma’muuman/ imaaman ) lillaahi ta’aalaa ,
Allohu akbar.
3. Shalat Asyar
اُصَلِّى فَرْضَ الْعَصْرِ
اَرْبَعَ رَكَعَاتٍ مُّسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ اَدَاءً ( مَأْمُوْمًا / إِمَامًا )
لِلَّهِ تَعَلَى , اَللهُ اَكْبَرُ
Ushollii
fardlol ‘ashri arba’a roka’aatim mustaqbilal qiblati adaa-an ( ma’muuman/ imaaman )
lillaahi ta’aalaa , Allohu akbar.
4. Shalat Maghrib
اُصَلِّى فَرْضَ الْمَغْرِبِ ثَلاَثَ
رَكَعَاتٍ مُّسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ اَدَاءً ( مَأْمُوْمًا / إِمَامًا ) لِلَّهِ
تَعَلَى , اَللهُ اَكْبَرُ
Ushollii
fardlol maghribi tsalaatsa roka’aatim mustaqbilal qiblati adaa-an (
ma’muuman/ imaaman ) lillaahi ta’aalaa , Allohu akbar.
5.
Shalat Isya’
اُصَلِّى فَرْضَ الْعِشَاءِ اَرْبَعَ
رَكَعَاتٍ مُّسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ اَدَاءً ( مَأْمُوْمًا / إِمَامًا ) لِلَّهِ
تَعَلَى , اَللهُ اَكْبَرُ
Ushollii
fardlol ‘isya’i arba’a roka’aatim mustaqbilal qiblati adaa-an ( ma’muuman/ imaaman ) lillaahi ta’aalaa ,
Allohu akbar.
b.
Do’a Iftitah
اَللهُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا وَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا ,
وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّاَصِيْلاً , اِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِىَ لِلَّذِى
فَطَرَ السَّمَاواتِ وَاْلاَرْضَ حَنِيْفًا مُّسْلِمًا وَّ مَا َنَا مِنَ
الْمُشْرِكِيْنَ . اِنَّ صَلاَتِى وَنُسُكِى وَ مَحْيَايَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ
رَبِّ ال عَالَمِيْنَ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَبِذَلِكَ اُمِرْتُ وَاَنَا مِنَ
الْمُسْلِمِيْنَ .
Allohu
akbar kabirou wal hamdulillahi katsiiro, wa subhaanawlloohi bukrotau wa
ashiila, Inni wajjahtu wajhiya lilladzi fathoros samaawaati wal ardlo haniifam
muslimau wa maa anaa minal musyrikiin. Innas sholaati wa nusuku wa mahyaaya wa
mamaatii lillaahi robbil ‘aalamiin. Laa syariika lahuu wa bidzaalika umirtu wa
anaa minal muslimiin.
c.
Surat Al Fatihah
اَعُوْذُبِاللهِ
مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ.
بِسْـمِ اللهِ الرَّحْمَـنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَلرَّحْمَـنِ الرَّحِيْمِ.
مَـلِكِ يَوْمِ الدِّ يْنِ. اِيَّا كَ نَعْبُدُ وَ اِيَّا كَ نَسْتَعِيْنُ. اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ. صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ،
غَيْرِالْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ، وَلاَالضَّآلِّيْنَ.
Bismillahir rohmaanir rohiim
Alhamdulillahi robbil 'aalamiin, Arrohmaanir rohiim maaliki yaumiddin iyyaka
na'budu waiyyaka nasta'in ihdinas shirotol mustaqim Shirotol ladzina an'amta
'alaihim ghoiril maghdhuubi 'alaihim waladzhoolliiin
d.
Surat
AL Ikhlas ( misal yg dibaca surat al ikhlas )
قل هو الله احد ÷ الله الصمد÷لم يلد ولم
يولد.ولم يكن له كفوااحد
Qul huwallohu ahad Allohus shomad lam
yalid walam yuulad walam yaqul lahuu kufuwan ahad
e.
Rukuk
سُبْحَانَ رَبِّيَ
الْعَظِيْمِ وَ بِحَمْدِهِ × 3
Subhaana
robbiyal ‘adhiimi wa bihamdih 3x
f.
I’tidal
سَمِعَ اللهُ لِمَنْ
حَمِدَهُ رَبَّنَا لَكَ الْحْدُ مِلْءُ
السَّمَاوَاتِ وَمِلْءُ اْلاَرْضِ وَمِلْءُ مَاشِئْتَ مِنْ شَيْئٍ بَعْدُ
Sami’allohu
liman hamidah Robbanaa lakal hamdu mil-us samaawaati wa mil-ul ardhi wa mil-u
maa syi’ta min syai’in ba’du.
g.
Sujud
سُبْحَانَ
رَبِّيَ اْلاَعْلَى وَ بِحَمْدِهِ × 3
Subhaana
robbiyal a’laa wa bihamdih.3x
h.
Duduk Antara Dua Sujud
رَبِّ اغْفِرْلِى وَ
ارْحَمْنِى وَاجْبُرْنِى وَارْفَعْنِى وَارْزُقْنِى وَاهْدِنِى وَعَافِنِى وَاعْفُ
عَنِّى
Robbighfirlii
warhamnii wajburnii warfa’nii warzuqnii wahdinii wa’aafinii wa’fu’annii
i.Tasyahud
awal
التَّحِيَاتُ
الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ . السَّلاَمُ عَلَيْكَ
اَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ . السَّلاَمُ عَلَيْنَا
وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِينَ. اَشْهَدُ اَنْ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا
رَّسُوْلُ اللهِ . اللَّهُمَ صَلِ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ .
Attahiyyaatul
mubarookatus sholawaatut thoyyibatu lillah. Assalaamu ‘alaika ayyuhan Nabiyyu
warohmatullaahi wa barokaatuh. Assalamu ‘alainaa wa’alaa ‘ibaadillaahis
shoolihiin. Asyhadu allaa illaaha illaalloh wa
asyhadu annaa Muhammadar rosuululloh. Allohuma sholli ‘alaa sayyidina Muhammad.
j.
Tasyahud Akhir
التَّحِيَاتُ
الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ . السَّلاَمُ عَلَيْكَ
اَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ . السَّلاَمُ عَلَيْنَا
وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِينَ. اَشْهَدُ اَنْ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا
رَّسُوْلُ اللهِ . اللَّهُمَّ صَلِ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ .وَعَلَى آلِ
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ . كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمِ وَعَلَى
آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمِ . وَ بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ . كَمَا بَرَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمِ وَعَلَى
آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمِ . فِى الْعَا لَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَّجِيْدٌ .
Attahiyyaatul
mubarookatus sholawaatut thoyyibatu lillah. Assalaamu ‘alaika ayyuhan Nabiyyu
warohmatullaahi wa barokaatuh. Assalamu ‘alainaa wa’alaa ‘ibaadillahis
shoolihiin. Asyhadu allaa illaaha illaalloh wa asyhadu annaa Muhammadar
rosuululloh. Allohuma sholli ‘alaa sayyidina Muhammad waalaa alihi sayyidina
muhammad kamaa shollayta alaa sayyidina ibroohiim walaa aali sayyidina
ibroohiim wabarrik alaa sayyidina muhammad wa alaa aali sayyidina muhammad,
kamaa barokta alaa sayyidina ibroohim waalaa aali sayyidina ibroohim fil
a’alamiina innaka hamidum majiid
l.
Salam
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ
وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.
Assalamu
‘alaikum warohmatulloohi wa barokaatuh.
m.
Doa Qunut
اَللَّهُمَّ اهْدِنِى فِيمَنْ هَدَيْتَ ,
وَعَافِنِى فِيْمَنْ عَافَيْتَ , وَتَوَلَّنِى فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ , وَبَارِكْ
لِى فِيْمَا اَعْطَيْتَ , وَقِنِى بِرَحْمَتِكَ شَرَّمَا قَضَيْتَ , فَإِنَّكَ
تَقْضِى وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ , وَاِنَّهُ لاَيَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ , وَلاَ
يَعِزُ مَنْ عَدَيْتَ , تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ , فَلَكَ الْحَمْدُ
عَلَى مَا قَضَيْتَ , اَسْتَغْفِِرُكَ وَاَتُوْبُ اِلَيْكَ , وَ صَلَّى اللهُ
عَلَى سَيِّدِ نَا مُحَمَّدِ نِ النَّبِىِّ اْلاُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Alloohummahdinii
fiiman hadait - Wa’aafinii fiiman ‘aafait
Watawallanii
fiiman tawalait -Wabaariklii fiiman a’ thoit
waqinii
syarra maa qodhoit- fainnaka taqdlii walaa yuqdloo ‘alaik
wainnahuu
laa yadzillu man waalait- walaa ya’izzu man ‘aadait
Tabaarokta
robbanaa wata’aalai t-falakal hamdu ‘alaa maa qodloit
Astaghfiruka
wa atuubu ilaik, washollalloohu ‘alaa sayyidinaa Muhammadin nabiyyii ummiyyi wa
‘alaa aalihii washohbihii wasallam.
أَسْتَغْفِرُاللهَ
الْعَظِيْمَ الَّذِى لاَاِلَهَ اِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَاَتُوْبُ اِلَيْهِِ 3×
لاَ اِلهَ اِلاَّ اللّهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَه, لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيْتُ
وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ. 3×
أَللّهُمَّ أَنْتَ
السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ وَاِلَيْكَ يَعُوْدُالسَّلاَمُ فَحَيِّنَا
رَبَّنَا بِالسَّلاَمِ وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ دَارَ السَّلاَمِ تَبَارَكْتَ
رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ يَاذَالْجَلاَلِ وَالاِكْرَامِ. أَللّهُمَّ لاَ مَانِعَ
لِمَا أَعْطَيْتَ وَلاَمُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلاَ رَادَّ لِمَا قَضَيْتَ وَلاَ
يَنْفَعُ ذَالْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ. اِلهِ يَا رَبِّيْ اَنْتَ
مَوْلنَا
سُبْحَانَ اللّه. (×33) أَلْحَمْدُ لِلّهِ. (×33).
أَللّهُ أَكْبَرُ (×33).
أَللّهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا
وَالْحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَنَ اللّهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلهَ
إِلاَّ اللّهُ وَحْدَه‘ لاَشَرِيْكَ لَه‘، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ
يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلى كُلِّ شُيْئٍ قَدِيْرٌ. وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ
اِلاَّ بِاللهِ
Doa
setelah Dzikir
بسم الله الرحمن الرحيم اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
حَمْدًا يُوَافِي نِعَامَهُ وَيُكَافِي مَزِيْدَه يَا رَبَّنّا لَكَ الْحَمْدُ
كَمَا يَنْبَغِي لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ
Alhamdulillahi
robbil aalamiin hamdan yuwaafi ni’aa’mahu wayukaafi majiidah ya robbana lakal
hamdu kamaa yanbaghii lijalaali wajhikal kariimi wa adhiimi sultonik
Dengan
Nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala Puji bagi Alloh Tuhan
semesta alam, dengan pujian, Alloh telah menyempurnakan kenikmatan-Nya dan
telah menyukupi penambahan-Nya. Ya Tuhan kami bagi-Mu segala puji sebagaimana
pujian
yang layaknya untuk keagungan Dzat-Mu yang Mulya dan keagungan kekuasaan-Mu.
رب اوزعنى ان اشكر نعـمتك
التي انعمت عليّ وعلى ولوالديّ وان اعمل صالحا ترضاه واذخلنى برحمتك فى عبادك
الصالحين
Robbi
auji’ni an asykuro ni’matakal latii an’amta alayya wa alaa walidayya wa an
a’mala shoolihan tardhoohu waadkhilnii birohmatika fii ibadiikas shoolihiin
Artinya:
"Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah
Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang ibu-bapakku dan untuk
mengerjakan amal shalih yang Engkau ridhai, serta masukkanlah aku dengan
rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shalih." (QS. Al-Naml:
19).
.اَللّهُمَّ
اغْفِرْلِى وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَارَبَّيَانِي صَغِيْرًا
Allohummagh
firlii wali waalidayya warhamhumaa kamaa robbaayaani shoghiroo
“Ya
Alloh, ampunilah hamba dan kedua orang tua hamba, serta belas kasihanilah
keduanya sebagai mana ketika keduanya memelihara kami semasa
kecil”
اَللَّـهُمَّ
إِنِّى أَسْأَ لُكَ الْعَفْوَ وَالْعَا فِيَةَ، فِى الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَ
اْلآ خِرَةِ.
Ya Allah Tuhanku, bahwasanya aku mohon
pada Engkau ma’af dan affiat di dalam perkara Agama, dan di dalam hal dunia dan
akhirat. Amiiin.
رَبَّنَا أتِنَا فِىْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى
اْلأخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Robbana
aatina fiddunya hasanah wafil akhirooti hasanaah waqinaa adzaabannaar
Ya
Tuhan Kami berikanlah kebaikan di dunia dan kebaikan di akherat dan peliharalah
kami dari siksa api neraka
وَصَلَّى اللهُ عَلىََ
سَيِّدِنَامُحَمَّدٍ وَالِه وَصَحْبِهِ وَسَلَّمٌ سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ
الْعِزَّةِ عَمَّايَاصِفُوْنَ.وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ. وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Wa
Sholollohu alaa sayyidina Muhammadin wa aalihi washohbihi wasallam Subhaana
robbika robbil izzati amma yashifuun wasalaamun alal mursaliin walhamdulillahi
robbil aalamiin
Maha
Suci Tuhanmu, Tuhan yang Maha Mulya (jauh) dari sesuatu yang mereka sifati.
Kesejahteraan atas para utusan Allah. Segala Puji bagi Allah, Tuhan semesta
alam.
BAB
V
ZAKAT
Zakat merupakan rukun Islam yang ke 3,
difardhukan dalam bulan Syawal tahun ke 2 hijrah.
Dari
segi bahasa zakat ialah membersih
dari
segi Syara' ialah mengeluarkan sebagian dari harta tertentu diberikan
kepada yang berhak menerimanya.
Firman Allah Ta’ala :
وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ
Artinya : “ Dan dirikanlah kamu akan sembahyang
serta berilah zakat ”.(Surah An-Nur Ayat 56)
Hukum Zakat
Wajib/Fardhu Ain atas orang Islam yang
sudah sempurna syarat-syaratnya seperti cukup nisabnya,haulnya dan lain-lain
lagi.
Macam-macam Zakat ada 7 (tujuh) macam, yaitu:
1.
Zakat
Binatang Ternak.
2.
Zakat Buah-buahan dan Tumbuh-tumbuhan.
3. Zakat Mas dan Perak.
4. Zakat Dagangan/Perniagaan.
5. Zakat Rikaz / Harta Terpendam.
6. Zakat Ma’din.
7. Zakat Fitrah.
Zakat Binatang
Binatang yang wajib dizakati ada 3 (tiga) macam dan memenuhi syarat, yaitu:
1. Onta
2. Lembu (sapi) atau Kerbau.
3.
Kambing.
Keterangan
: Untuk Zakat Onta, tidak dibahas dibuku
ini.
1.
Zakat Lembu (sapi) atau Kerbau:
Nisobnya zakatnya
yakni batas kewajiban mengeluarkan, yaitu:
A Jika telah cukup jumlahnya 30 (tiga
puluh) ekor, maka diwajibkan mengeluarkan zakatnya 1 (satu) ekor daripada
anaknya yang telah berumur 1 (satu) tahun.
A Jika telah cukup jumlahnya 40 (empat
puluh) ekor, maka diwajibkan mengeluarkan zakatnya 1 (satu) ekor daripada
anaknya yang telah berumur 2 (dua) tahun.
A Jika telah cukup jumlahnya 50 (lima
puluh) ekor, maka diwajibkan mengeluarkan zakatnya 1 (satu) ekor daripada
anaknya yang telah berumur 3 tahun.
A Jika telah cukup jumlahnya 60 (empat
puluh) ekor, maka diwajibkan mengeluarkan zakatnya 2 (dua) ekor daripada
anaknya yang telah berumur 1 (satu) tahun.
A Demikian seterusnya kelipatan 30,
ditambah satu ekor.
2.
Zakat Kambing:
Nisabnya, yakni batas kewajiban mengeluarkan zakatnya
yaitu:
A Jika telah cukup jumlahnya 40 (empat
puluh) ekor, maka diwajibkan mengeluarkan zakatnya 1 (satu) ekor daripada
kambing itu yang telah berumur 2 (dua) tahun, adapun jika dari jenis kambing
kibas maka yang umurnya 1 (satu) tahun.
A Jika telah cukup jumlahnya 120 (seratus
duapuluh) ekor, maka diwajibkan mengeluarkan zakatnya 2 (dua) ekor.
A Jika telah cukup jumlahnya 201 (duaratus
satu) ekor, maka diwajibkan mengeluarkan zakatnya 3 (tiga) ekor.
A Jika telah cukup jumlahnya 400 (empat
ratus) ekor, maka diwajibkan mengeluarkan zakatnya 4 (empat) ekor.
A Demikian seterusnya setiap bertambah
kelipatan seratus, maka ditambah zakatnya 1 (satu) ekor.
Syarat wajib Zakat Binatang:
1. Waktunya telah cukup setahun lamanya.
2. Makanannya didapat daripada angonan
(menggembala) yang tidak membeli.
3. Binatang itu tidak dipakai untuk bekerja
apapun (bajak sawah dll).
Zakat Buah-buahan & Tumbuh-tumbuhan
Yang diwajibkan mengeluarkan zakat buah-buahan adalah adalah Buah Kurma dan
Kismis (anggur), adapun tumbuh-tumbuhan yang diwajibkan mengeluarkan zakatnya
adalah tumbuh-tumbuhan yang dimakan untuk kehidupan sehari-hari seperti gandum,
terigu, jagung dan padi, serta kacang-kacangan.
Adapun nisob nya adalah lima wasaq.
Adapun bagi zakat padi maka nisabnya dua kali, yaitu
sembilan belas pikul tigapuluh kati.
Bagi tumbuhan yang airnya didapat dengan tidak memerlukan
usaha/disiram, yang wajib dikeluarkan yaitu satu bahagian daripada sepuluh
bagian, atau yang disebut ‘usyur (sepersepuluhnya atau sepuluh persen)
Sedangkan jikalau tumbuhannya dengan disiram atau memerlukan
ongkos (biaya) untuk membeli air maka zakatnya adalah didalam duapuluh bagian
dikeluarkan satu bagian, atau yang disebut nisful ‘usyur (seperduapuluh
atau lima persen)
Yang wajib dikeluarkan itu dihitung dari seberapa
dapatnya dari sawahnya itu, bukan dihitung dari hasil bersih setelah membayar
cukai (pajak) dan upah memotong padi.
Intinya : Zakat biji-bijian dan
buah-buahan yaitu zakat yang dikeluarkan apabila biji-bijian dan buah-buahan
telah sampai senishob yaitu lima wasak atau seberat ± 670 kg, maka wajib dikeluarkan zakatnya 10 % bila disiram
dengan air hujan, dan 5 % jika menggunakan alat atau membeli air dari tempat
lain dengan kendaraan atau yang lainnya.
Zakat Mas dan Perak
Nisabnya zakat Mas adalah duapuluh misqol, yaitu berat tiga rial ditambah dengan
setengah suku.
Nisabnya zakat Perak adalah beratnya duaratus dirham, yaitu limapuluh
delapan rupiah zaman sekarang ditambah setengah rupiah.
Yang wajib dikeluarkan daripada keduanya itu yaitu satu bahagian daripada
empat puluh bagian, yaitu yang disebut rubu’ul ‘asyro (seper empatpuluh
atau 2,5 persen), dan cukup setahun dari waktu memilikinya, maka wajib
dikeluarkan zakatnya dan sebagaimana lebihnya Mas dan Perak itu daripada
nisabnya, maka dikeluarkan zakatnya pula sekedarnya.
Zakat Dagangan/Perniagaan
Zakat perdagangan atau zakat tijrah, yaitu apabila telah
cukup satu tahun dari mulai berdagang/berusaha tiba-tiba di akhir tahun itu
telah cukup nishobnya, yaitu
seperti nishobnya zakat
perak, maka wajib ditaksir atas dagangan itu kemudian dikeluarkan zakatnya
dengan uang perak dalam empat puluh dikeluarkan satu (2,5 persen) seperti zakat
perak.
Adapun pada permulaan dagang maka tidak disyaratkan cukup nishabnya.
Zakat Rikaz / Harta Terpendam
Harta terpendam daripada Mas dan Perak yang dipendam oleh orang-orang
dahulu sebelum Nabi Muhammad Sallallohu ‘Alaihi Wasallam, jika didapat
(ditemukan) harta itu dan cukup akan nishobnya, maka wajib dikeluarkan zakatnya
dengan segera, yaitu Khumus (seperlima atau 20 persen) yakni satu bahagian dari
lima bahagian.
Zakat Ma’din
Zakat Ma’din yaitu zakat Emas dan Perak yang didapat dari
dalam tanah menurut asal kejadiannya (dari hasil tambang).
Maka apabila didapat daripadanya mencukupi nishobnya, wajib atasnya mengeluarkan
zakatnya yaitu satu bahagian dari empatpuluh bahagian yakni rubu’ul ‘asyro
(seper empatpuluh atau 2,5 persen).
Keterangan :Haul Zakat mal
Zakat mal waktu dikeluarkan zakatnya apabila sudah
dimiliki selama satu tahun (haul), maka kalau sudah ada satu nisab wajib
dikeluarkan 2,5 %. Sabda Nabi n:
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لاَزَكَاةَ
فِى مَالِ امْرِءٍ حَتَّى يُحُوْلَ عَلَيْهِ الْحَوْلُ (رواه الدارقُطنى)
Artinya:“Dari Ibnu Umar a
Rosululloh ,n bersabda: “Tidak ada (wajib) zakat, pada harta seseorang
sehingga sampai satu tahun dimiliki”. (HR. Daruqutni)
ZAKAT FITRAH
Zakat
fitrah di wajibkan bagi umat islam yang mampu dengan syarat-syarat yang telah
ditetapkan.
Diwajibkan
zakat fitrah pada tahun ke 2 hijrah yaitu tahun di fardhukan puasa.
Di
dalam hadits disebutkan bahwa:
فَرَاضَ رَسُوْلَ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الفِطْرِ مِنْ رَمَضَانَ طُهْرَةً
لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّ فَثِ وُطُعْمَةً لِلْمَسَاكِيْنِ
“Rosululloh n telah memfardlukan zakatul fithri untuk
menyucikan orang-orang yang shoum dari segala perkataan yang keji dan buruk
yang mereka lakukan dalam shoum mereka dan untuk menjadi makanan bagi orang
yang miskin” (H.R Abu Daud dan Ibnu Majah)
Kewajiban
mengeluarkan zakat fitrah adalah yang memiliki lebih daripada makanan yang dimakan wajib nafkahnya atas dirinya pada malam
hari raya itu beserta hari rayanya. (lebih kurang 2,5 kg makanan pokok).
Wajib atas seorang suami membayar zakat fitrah istrinya dan anak-anaknya
yang belum balligh, begitu juga membayarkan zakat fitrah bagi ayah-ibunya yang
tidak mampu mengeluarkan zakat fitrah.
Wajib
Zakat Fitrah
a. Mempunyai
makanan atau harta lebih untuk diri & keluarga pada malam dan siang hari
raya.
b. Hidup
pada akhir Ramadhan & awal Syawal
c. Anak
yang lahir sebelum matahari terbenam pada akhir bulan Ramadhan dan hidup hingga
sesudahnya.
d. Memeluk
Islam sebelum terbenam matahari pada akhir bulan Ramadhan
e. Seseorang
yang meninggal selepas terbenam matahari akhir Ramadhan.
Waktu
Mengeluarkan Zakat Fitrah
Waktu
Afdhal/Sunat : Sebelum Sembahyang Sunat Hari
Raya
Waktu Wajib : Selepas
terbenam matahari malam idul fitri sehingga
terbit
matahari
esoknya
Waktu
Harus/boleh : Sejak Awal Ramadhan
Waktu Makruh :
Sesudah Sembahyang Sunat Hari raya sehingga
terbenam
matahari Syawal
Waktu
Haram :Selepas
terbenam matahari 1 Syawal
Orang
Yang Berhak Menerima Zakat Fitrah
Ada
delapan Asnaf :
1)
Orang Fakir Ialah
orang yang tidak ada harta benda untuk keperluan hidupnya sehari-hari, tidak
sanggup bekerja, tak mampu berusaha dan malu untuk meminta-minta.
2)
Orang Miskin :Ialah
orang yang bekerja dan berusaha / cacat atau
gangguan lain seperti orang buta, lumpuh, atau penggangguran yang tidak
terelakkan
dimana mere ka itu tidak mencukupi keperluan hidupnya sehari-hari.
3)
‘Amil (pemungut zakat) :Orang
yang dilantik atau diberi kuasa oleh Majlis Agama Islam Negeri (pemerintah) untuk menangani
pengumpulan penghitungan dan pembagian zakat.
4)
Muallaf : Orang
yang yang diharapkan keislamannya atau orang yang goyah
keislamannya. Boleh memberikan zakat kepada non muslim yang terlihat ada
kecenderungan terhadap Islam atau orang-orang yang baru masuk Islam agar tetap
teguh dalam memeluk Islam.
5) Hamba :Terbahagi
kepada tiga :
1. Hamba
Qin (hamba semata)
2. Hamba
Mudabbar (hamba yang kemerdekaannya bergantung kepada mati tuannya).
3. Hamba
Mukattab (kemerdekaan dirinya bergantung kepada syarat-syarat yang diberikan
oleh tuannya).
Sebagaimana
keterangan Imam Syafie, hamba mukattablah yang layak menerima zakat.
untuk saat sekarang ini sebagaimana pendapat Iman
Ahmad bagianya boleh disalurkan untuk melepas tawanan dan sandera yang ditawan
oleh musuh Islam
6) Orang Yang Berhutang Banyak/ghorim :
adalah orang yang terhimpit oleh hutang, sementara
tidak ada harta untuk pengembalian hutang tersebut. Dengan syarat hutang
tersebut untuk keperluan hal-hal yang mubah/dibolehkan.
7) Sabilillah :
Orang yang berjuang di jalan
Allah
8) Ibnu Sabil
adalah orang yang sedang bepergian yang tidak mampu
melanjutkan perjalanan karena sedang kehabisan bekal, kehilangan atau
kecopetan, termasuk juga anak-anak jalanan atau gelandangan.
BAB
PUASA/SHIYAM
Definisi puasa
ialah
اِمْسَكٌ
عَنْ مُفْطِرٍ بِنِيَّةٍ مَحْصُوْصَةٍ جَمِيْعَ نَهَارٍ
Menahan diri dari perkara yang
membatalkan puasa dengan niat tertentu sepanjang hari.
Penjelasan: Bahwa puasa adalah menahan diri
dari makan, minum, hubungan suami istri siang hari, dan dari setiap hal yang
membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar sampai dengan terbenam matahari,
dengan niat yang murni hanya karena mematuhi perintah Allah swt
Puasa
adalah menahan diri dari makan dan minum dan
dari segala perbuatan yang boleh membatalkan puasa mulai dari terbit fajar
hinggalah terbenam matahari.
Sebab-sebab yang mewajibkan melakukan
puasa Ramadhan:
1.
Ru’yatul Hilal:
A
Setiap orang yang melihat bulan dengan matanya sendiri,
maka wajib atasnya berpuasa, walaupun Sabit Ru’yah (terlihat bulan
sabit) malam itu atau tidak. Begitupun bagi orang yang tidak melihat bulan,
jika ia mengi’tiqadkan (meyakini diri) akan kebenaran orang yang melihat bulan
itu, sekalipun yang melihatnya itu orang yang bukan adil, maka wajib atasnya
berpuasa.
A Jika orang hanya menyangka
(mengira-ngira) akan kebenaran orang yang melihat bulan itu, maka boleh baginya
puasa.
A Jika ia syak (meragukan) akan kebenaran
yang melihat bulan itu, maka tidak diharuskan baginya berpuasa.
2.
Hisab (hitungan):
Berpuasa dengan memakai Hisab (perhitungan) dalam
menetapkan bulan Ramadhan, atau bulan Sya’ban atau lainnya, maka tidak
mengharuskan orang berpuasa, melainkan jika yang menghisab itu (mengitung itu)
orang yang telah pandai ilmunya dalam ilmu Hisab Taqwim yaitu ilmu yang mempelajari
akan perjalanan Matahari, Bulan, Buruj dan munzalah
A Maka apabila seseorang mengetahui akan
sekalian ilmu itu, disebutlah orang itu Hasib (ahli menghitung), boleh
bagi dirinya sendiri berpuasa dengan hisab taqwimnya
A Jika seseorang kepandaian ilmu hisabnya
hanya sekedar taqlid (garis besar) saja, atau disebut Ahjaza Dabawuda
padahal ia tidak mengetahui akan taqwim seperti yang tersebut di atas, maka
tidak boleh dan tidak sah baginya berpuasa dengan hisabnya itu. Karena bukan
seperti itu yang dinamakan Hasib (ahli hitung) oleh kalangan ulama.
3.
Hisab dan Ru’yah:
Jika satu orang melihat bulan Sya’ban dengan matanya
sendiri atau ia mengi’tiqadkan (berkeyakinan) akan kebenaran orang yang
melihatnya, sekalipun orang itu bukan adil; maka apabila cukup hitungan 30
(tigapuluh) hari akan bulan Sya’ban, wajiblah bagi keduanya itu berpuasa
sekalipun orang lain kebanyakan belum berpuasa.
Dan hukum ini berlaku hanya kepada orang tersebut saja.
Tetapi jika hanya sekedar mendapat keterangan dari salah
satu orang yang melihat bulan itu, maka tidak harus baginya berpuasa.
Penentuan Puasa Secara Umum:
Sedangkan hukum berpuasa secara umum pada sebagian orang adalah:
A Jika bulan Sya’ban itu dilihat oleh
banyak orang pada malam 30 (tigapuluh) Rajab.Maka apabila telah cukup 30
(tigapuluh) hari dari bulan Sya’ban, wajiblah hukumnya berpuasa bagi sekalian
orang pada negeri itu, sekalipun tidak terlihat bulan Ramadhan atau tidak ada Qadhi
Syar’i (orang atau lembaga yang menerima akan suatu kesaksian misalnya
Departemen Agama) pada negeri itu.
A Jika telah cukup 30 Sya’ban, 30 Kamal
Rajab dan dari ru’yahnya pula yang sabit pada orang-orang banyak adanya, maka
wajib berpuasa secara umum jika pada malam 30 Sya’ban dapat terlihat bulan
Ramadhan oleh orang banyak.
A Jika pada malam 30 Rajab atau 30 Sya’ban
atau 30 Ramadhan tidak banyak orang yang melihat bulan, melainkan hanya dua
atau tiga orang, kemudian beberapa orang itu bersaksi bahwa mereka mengaku
dengan sebenar-benarnya melihat bulan, maka syarat memberlakukan puasa secara
umum adalah seperti yang disebut oleh sebahagian besar ulama di dalam kitab
yang mu’tamad, bahwa saksi-saksi itu harus lengkap padanya syarat-syarat adil, dan
syarat-syarat mar’ut, dan diterima akan saksi-saksi itu oleh qadhi syar’i,
yaitu yang sempurna baginya ruku-rukun qadhi dan syarat-syaratnya.
Jika tidak sempurna baginya yang
demikian itu, atau tidak sempurna bagi saksi-saksi akan syarat-syarat adil dan syarat-syarat
mar’ut, maka tidak wajib dan tidak harus bagi umum sekalian berpuasa, malainkan
hanya bagi orang-orang yang mengi’tiqadkan (berkeyakinan) kebenaran akan
saksi-saksi itu, maka wajib baginya berpuasa, itupun jikalau tidak didapat
keterangan yang menyalahkannya (membantah).
syarat-syarat adil adalah bahwa orang
tersebut memiliki sikap sebagai berikut:
1.
Selalu memerintahkan akan yang wajib, dan mencegah atas
perbuatan yang haram.
2.
Tidak pernah mendengarkan bunyi-bunyian yang haram.
3.
Mencegah orang lain meninggalkan shalat.
Syarat-syarat Sahnya Puasa
Syarat-syarat Shahnya berpuasa adalah:
1.
Islam.
2.
Niat setiap malam pada puasa wajib seperti Ramadhan atau
puasa wajib lainnya. Jika puasa sunnah maka afdhalnya niatnya pada malamnya,
tetapi boleh niatnya sebelum tergelincir Matahari dan belum makan dan minum.
Lafaz niat Puasa Ramadhan yang aqmal adalah:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ أَنْ أَدَاءِ فَرْضِ
شَّهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةِ ِللهِ تَعَالَى.
Artinya: Niat
saya puasa esok hari untuk menunaikan fardhu bulan Ramadhan pada
tahun ini Lillahi Ta’ala. (niat ini dibaca di dalam hati)
3.
Mencegah diri dari sengaja makan dan minum, serta
memasukkan sesuatu barang atau benda kedalam lubang badannya.
4.
Mencegah diri daripada sengaja muntah.
5.
Mencegah diri daripada jima’ atau pekerjaan lainnya yang
mengeluarkan mani.
§ Apabila makan atau minum atau jima’ oleh
karena ia lupa, tidak menjadi batal puasanya.
§ Tetapi jika ia ingat pada tengah-tengah
pekerjaan yang demikian itu maka wajib segera diberhentikan.
§ Tidak batal puasa jika menelan ludah
yang tidak dicampur apa-apa seperti riak/lendir atau darah atau bekas-bekas
sisa makanan, atau lainnya.
§ Adapun merokok maka membatal-kan puasa
karena termakan sedikit diludahnya yang bercampur dengan sedikit bekas-bekas
benda itu.
6.
Suci daripada Haidh (menstruasi) dan Nifas (mengeluarkan
darah melahirkan) pada waktu berpuasa
itu.
7.
Berakal pada waktu berpuasa itu.
§ Apabila mendapat haid (mens) atau nifas
(keluar darah) sekalipun sedikit dan waktunya sebentar saja pada hari berpuasa
itu, maka batal puasanya.
§ Demikian pula jika mendapat hilang akal
seperti gila atau mabuk daripada minuman atau makanan maka batal puasanya
sekalipun hilang akal atau mabuknya itu hanya sebentar saja.
§
Adapun mabuk yang diuzurkan oleh Syara’ misalnya, pada
malamnya (atau diwaktu sahur) ia makan suatu makanan yang dia tidak mengetahui
bahwa makanan itu memabukkan. Jika tiba-tiba pada siang harinya ia menjadi
mabuk, maka tidak menjadi batal puasanya, jika mabuknya tidak terus-menerus
pada seharian itu.
§ Demikian pula jika mendapat penyakit epilepsi (ayan), jika tidak terus-menerus pada
seharian itu, maka tidak batal puasanya.
§
Hari-hari yang diharamkan berpuasa:
1.
Tidak Sah dan haram hukumnya orang yang berpuasa pada dua
hari raya yaitu hari raya Idhul Fitri dan Idhul Adha.
2.
Tidak Sah dan haram orang yang berpuasa pada hari-hari
Tasyrik, yaitu tanggal 11, 12 dan 13 daripada bulan haji atau Zulhijjah.
3.
Haram hukumnya mengawali puasa pada hari yang syak (ragu-ragu),
yaitu pada hari tanggal 30 Sya’ban jika ada yang mengabarkan bahwa ada orang
melihat bulan tetapi tidak cukup syarat qabulnya.
Sebagaimana yang tersebut maka bersabda Nabi Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:
مَنْ صَامَ يَوْمَ الشَّكِّ فَقَدْ عَصَ
أَ بَا الْقَاسِمِ.
Artinya: Barangsiapa berpuasa dihari
Syak maka niscaya bermaksiat olehnya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam.
4. Haram hukumnya berpuasa sunnah yang di
mulai dihari 16 bulan Sya’ban hingga akhir bulan Sya’ban.
Syarat-syarat Wajib Berpuasa
Syarat-syarat Wajib Berpuasa:
1. Islam
2. ‘Aqil Balligh (berakal dan dewasa)
3. Kuasa.
Tidak wajib qadha puasa atas seorang kafir jika masuk Agama Islam, begitu
pula kepada orang gila bila sudah sembuh dan juga anak-anak jika telah balligh (dewasa).
§ Wajib atas seorang Bapak dan Ibu untuk
memerintahkan anak-anaknya untuk berpuasa ketika anaknya itu telah berumur 7
tahun, dan boleh dipukul dengan pukulan yang tidak melukai bilamana anak
tersebut tidak mau berpuasa padahal anak itu telah berumur 10 tahun, itupun
jika anak-anak tersebut kuasa untuk berpuasa.
§ Tidak wajib berpuasa bagi orang yang
tidak kuasa berpuasa dikarenakan karena kondisi usia tua, atau karena terkena suatu penyakit yang
tidak dapat diharapkan lagi kesembuhannya.
§ Tetapi Wajib atas keduanya itu untuk
mengeluarkan fidyah setiap hari 1 (satu) mud selama ia tidak berpuasa, yaitu
setengah gentong fitrah (2,5 kg) yang diberikan kepada fakir miskin seperti
zakat fitrah.
§ Orang yang sakit yang tidak sanggup
berpuasa atau orang yang sedang berlayar (musafir) sejauh dua marhalah (90 KM)
maka boleh bagi keduanya itu tidak berpuasa, tetapi wajib qadha’ di kemudian
hari, adapun jika ia tidak mengqadha’ hingga bertemu lagi pada bulan Ramadhan
berikutnya, maka wajib bagi keduanya itu bersama-sama dengan qadha’ puasanya
adalah membayar fidyah atas tiap-tiap hari yang tidak berpuasa 1 (satu) mud.
§ Jika orang tersebut senantiasa sakit
terus-menerus hingga meninggal dunia, maka tidak wajib suatu apapun.
§ Jika orang tersebut telah sembuh dan
sehat yang membolehkan dia membayar qadha’ puasanya, tapi tidak juga dia
membayar qadha’nya itu hingga dia meninggal dunia, maka wajib padanya tiap-tiap
satu hari tidak berpuasa adalah 1 (satu) mud.
Makruh Dalam Berpuasa
Makruh (dibenci Allah SWT) atas orang yang berpuasa
memakai wangi-wangian, sifat mata, bersugi (sikat gigi) apabila sudah gelincir
matahari.
Sunnah-Sunnah Dalam Berpuasa
Sunnah-sunah dalam berpuasa, yaitu:
1. Membaca kitab suci Al-Qur’an dengan
memakai adab dan tata caranya.
2. Sunnah berI’tikaf (berdiam) di dalam
Masjid. Terutama 10 hari terakhir bulan Ramadhan
3. Menyegerakan berbuka puasa jika yakin
sudah masuk Maghrib.
4. Mengakhirkan waktu sahur sebelum masuk
waktu imsak.
5.
Menjamu/memberi
makan orang-orang yang berbuka puasa
6.
Mandi
junub,haid dan nifas sebelum fajar
7.
Memperbanyakkan
ibadah dan berbuat kebaikan
8.
Memperbanyakkan
ibadah dan berbuat kebaikan
9. Sunnah berbuka puasa dengan kurma.
10. Sunnah membaca do’a ini setelah berbuka
puasa:
أَللَّـهُمَّ
لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ، ذَهَبَ الظَمَأُ وَابْتَلَتِ
الْعُرُوْقُ، وَثَبَتَ اْلأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَلَى.
Artinya:
Ya Allah Tuhanku bagi Engkau aku
berpuasa dan atas rizki Engkau aku berbuka puasa, telah berlalu rasa dahaga dan
telah basah selurut urat-urat badan, dan telah tetap ganjaran pahalanya Insya
Allah Ta’ala.
Yang Membatalkan Pahala Puasa
a. Memasukkan sesuatu ke dalam rongga
dengan sengaja kecuali terlupa
b. Makan dan minum sepanjang hari
c. Muntah dengan sengaja
d. Bersetubuh atau keluar mani dengan
sengaja
e. Keluar darah haid & nifas
f. Gila
g. mabuk sepanjang hari
h. Murtad
Tersebut di dalam Hadist Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam:
خَمْسُ يُفْطِرْنَ
الصَّائِمَ الْكِذْبُ وَالْغِيْبَةُ وَالنَّمِيْمَةُ وَالْيَمِيْنُ الْكَاذِبَةُ
وَالنَّظْرُ بِشَهْوَةٍ.
Artinya:
Ada lima perkara yang membatalkan pahala
puasa, yaitu: Berdusta (berbohong), mengumpat (marah-marah), mengadu domba satu
sama lain (menceritakan orang), bersumpah dusta (sumpah bohong), melihat dengan
syahwat.
Perkara
makruh ketika berpuasa
a.
Berbekam
b.
Mengeluarkan
darah
c.
Berkucup
d.
Merasa
makanan
e.
Bersugi
selepas gelincir matahari
f.
Mencium
wangian
Puasa-puasa Sunnah
Puasa-puasa sunnah yang dapat dikerjakan adalah:
1.
Sunnah berpuasa pada 6 hari di bulan Syawwal dan
afdhalnya dari hari yang ke-2 setelah Hari Raya Idhul Fitri, berturut-turut.
2.
Sunnah berpuasa pada tanggal 8 dan 9 bulan Zulhijjah,
yaitu yang dinamakan yaumal tarwiyah (hari tarwiyah) dan yaumal
arofah (hari orang berwukuf).
3.
Sunnah berpuasa pada tanggal 9 dan 10 bulan Muharram,
yaitu yang dinamakan yauma tasu’a dan yauma ‘asyura.
4.
Sunnah berpuasa di bulan Rajab, bulan Sya’ban, bulan
Zulqaidah, dan bulan Zulhijjah selain daripada hari raya Idhul Adha dan hari
tasyrik yaitu tanggal 11, 12 dan 13 Zulhijjah.
5.
Sunnah berpuasa pada setiap hari Senin dan Kamis.
5. Puasa tiga hari daripada tiap-tiap
bulan pada 13,14 & 15
6. Puasa satu hari berbuka satu hari buka
(puasa nabi daud)
7. Puasa delapan hari daripada bulan
Zulhijjah sebelum hari Arafah bagi orang yang sedang mengerjakan haji atau
tidak.
Puasa
Makruh :
a.
Menentukan
hari untuk berpuasa seperti jumaat saja,Sabtu & Ahad saja
b.
Berpuasa
sepanjang tahun
Puasa
Haram :
a.
Puasa
sunat seorang perempuan tanpa izin suaminya
b.
Puasa
pada hari syak iaitu pada hari 30 Sya’ban
c.
Puasa
pada hari raya aidil fitri,hari raya aidil adha dan hari-hari Tasyrik
d.
Puasa
perempuan haid & Nifas
e.
Puasa
bagi orang yang bimbang berlakunya mudharat ke atas dirinya kerana berpuasa
Syarat-syarat
Puasa
Terbahagi
kepada 2 :
1)
Syarat-syarat
wajib
2)
Syarat-syarat
sah
Syarat
wajib
a.
Islam
b.
baligh
c.
berakal
d.
berupaya(sihat)
e.
bermukim
Syarat
Sah
a. Islam
b. Berakal
c. Bersih daripada haid & Nifas
sepanjang hari
d. Niat
Rukun
Puasa
a. Niat
b. Menahan diri dari makan & minum
serta perkara-perkara yang membatalkannya
Masa
Puasa
Puasa
bermula dari terbit fajar hingga terbenam matahari
Faedah
Puasa
a. Melahirkan perasaan belas kasihan
terhadap golongan miskin
b. Mendidik nafsu & jiwa kearah
kebaikan
c. Dapat merasai apa yang ditanggung oleh
golongan miskin
d. Puasa merupakan perbuatan taat kepada
Allah
e. Mendidik budi pekerti untuk memiliki
sifat-sifat terpuji
f. Puasa mengajar seseorang supaya
beramanah terhadap diri sendiri
g. Puasa mengajar kesabaran dan
berperaturan
h. Puasa menyebarkan perasaan kasih sayang
& persaudaraan dalam jiwa manusia
Keudzuran/keringanan
yang mengharuskan berbuka puasa
a. Musafir
b. Sakit
c. Mengandung & Ibu yang menyusukan
anak
d. Tua
Niat
Puasa dan Qadha’ Puasa Ramadhan
1) Lafaz niat puasa fardhu Ramadhan :
نويت صوم غد عن أداء فرض شهررمضان هذه
السنة لله تعالى .
Artinya : Niat saya berpuasa pada esok hari menunaikan
fardhunya bulan Ramadhan pada tahun ini karena Allah Taala.
2) . Lafaz niat puasa Qodlo’ Ramadhan :
نويت صوم غد عن قضاء فرض رمضان لله تعالى .
Artinya : Niat saya berpuasa pada esok hari sebagai ganti fardhu Ramadhan kerana Allah Taala.
Hukum
Qada’ Puasa Ramadhan
Wajib
menggantikan puasa Ramadhan bagi yang membatalkan puasa Ramadhannya contoh
kerana udzur syar’i seprti sakit
Firman
Allah Ta’ala :
أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ كَانَ
مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَى
الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا
فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Artinya
: (Puasa yang diwajibkan itu ialah) beberapa hari yang tertentu maka sesiapa
diantara kamu yang sakit atau dalam musafir (bolehlah ia berbuka) kemudian
wajiblah ia berpuasa sebanyak (hari yang dibuka) itu pada hari-hari yang lain
dan wajib ke atas orang-orang yang tidak terdaya berpuasa (kerana tuanya dan
sebagainya) membayar fidyah iaitu memberi makan orang miskin (secupak bagi
tiap-tiap satu hari yang tidak dikerjakan puasa) maka sesiapa yang dengan
sukarela memberikan (bayaran fidyah) lebih dari yang di tentukan itu maka itu
adalah suatu kebaikan baginya dan (walaupun demikian) berpuasa itu lebih baik
bagi kamu (daripada memberi fidyah) kalau kamu mengetahui ”. (Surah Al-Baqarah
Ayat 184)
Waktu
Qada’ Puasa Ramadhan
-
Waktunya selepas bulan Ramadhan sehingga ke bulan Ramadhan yang berikutnya
walaubagaimanapun qada’ puasa yang dilakukan dalam masa dilarang berpuasa
adalah tidak sah contohnya seperti di hari raya.
-
Adapun bagi orang yang mengakhirkan qada’ Ramdhan tanpa uzur sehingga Ramadhan
yang berikutnya datang lagi maka ia wajib qada’ dan membayar fidyah.
Kifarah
Puasa
Adalah
jika seseorang yang mencederai/merusak hakikat ibadah puasa di bulan Ramadhan
dengan jalan melakukan jima’ (melakukan hubungan suami istri di siang hari) maka
ia wajib membayar kifarah (denda) yaitu si suami wajib mengeluarkan kifarah
& qada’ puasa yang terbatal kerana jima’ walau bagaimanapun si isteri tidak
wajib mengeluarkan kifarah tetapi wajib qada’ puasa yang terbatal.
Kifarah
(tebusan) bagi puasa yang batal atau rusak ialah :
1)
Membebaskan
seorang hamba yang beriman
2)
Jika
tidak ada hamba untuk dibebaskan, wajib baginya berpuasa 2 bulan berturut-turut
3)
Jika
tidak mampu berpuasa, wajib dia memberikan makan 60 orang fakir miskin setiap
seorang mendapat secukup makanan di negeri itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar