“NASHOIHUL
‘IBAD”
Alhamdulillah, dan pada
akhirnya setiap santri maupun orang awam pun bisa mengkaji kitab yang sangat
populer karangan Al Alim Alamah Syaikhina Nawawi Al Bantany. Semoga denga
sajian Kitab Kuning Nashoihul Ibad Versi Terjemahan ini bisa dirasakan semua
kalangan, Khususnya umat Islam. Amin Yaa Robbal ‘alamin.
Bismillahirahmanirahim, Qola Mu'alif Rohimakumullah Wa'anfaana Fi 'ulumihi Fidaroini Amin.
Maqolah 1
Diriwayatkan dari Nabi
SAW, sesungguhnya Beliau bersabda (Ada dua perkara, tidak ada sesuatu yang
lebih utama dari dua perkara tersebut, yaitu iman kepada Allah dan berbuat
kebajikan kepada sesama muslim). Baik degan ucapan atau kekuasaannya atau
dengan hartanya atau dengan badannya.
RasuuluLlah SAWW
bersabda, (barang siapa yang pada waktu pagi hari tidak mempunyai niat untuk
menganiaya terhadap seseorang maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.
Dan barang siapa pada waktu pagi hari memiliki niat memberikan pertolongan
kepada orang yang dianiaya atau memenuhi hajat orang islam, maka baginya
mendapat pahala seperti pahala hajji yang mabrur).
Dan Nabi SAW bersabda
(Hamba yang paling dicintai Allah Ta’ala adalah yang paling bermanfaat bagi
orang lain. Dan amal yang paling utama adalah membahagiakan hati orang mukmin
dengan menghilangkan laparnya, atau menghilangkan kesusahannya, atau
membeyarkan hutangnya. Dan ada dua perkara, tidak ada sesuatu yang lebih buruk
dari dua tersebut yaitu syirik kepaad Allah dan mendatangkan bahaya kepada kaum
muslimin).
Baik membahayakan atas
badannya, atau hartanya. Karena sesungguhnya semua perintah Allah kembali
kepada dua masalah tersebut. Mengagungkan Allah dan berbuat baik kepada
makhluknya, sebagaimana firman Allah Ta’ala Dirikanlah shalat dan tunaikanlah
zakat. Dan firman Allah Ta’ala Hendaklah kamu bersyukur kepadaKu dan kepada
kedua orang tuamu.
Maqolah 2
Nabi SAW bersabda,
(wajib bagi kamu semua untuk duduk bersama para ‘Ulama) artinya yang
mengamalkan ilmunya, (dan mendengarkan kalam para ahli hikmah) artinya orang
yang mengenal Tuhan.
(Karena sesungguhnya
Allah Ta’ala akan menghidupkan hati yang mati dengan cahaya hikmah-ilmu yang
bermanfaat- sebagaimana Allah menghidupkan bumu yang mati dengan air hujan).
Dan dalam riwayat lain dari Thabrani dari Abu Hanifah “Duduklah kamu dengan
orang dewasa, dan bertanyalah kamu kepada para ‘Ulama dan berkumpulah kamu
dengan para ahli hikmah” dan dalam sebuah riwayat, “duduklah kamu degan para
ulama, dan bergaulah dengan kubaro’ ”. Sesungguhnya Ulama itu ada dua macam, 1.
orang yang alim tentang hukum-hukum Allah, mereka itulah yang memiliki fatwa,
dan 2. ulama yang ma’rifat akan Allah, mereka itulah para hukama’ yang dengan
bergaul dengan mereka akan dapat memperbaiki akhlak, karena sesungguhnya hati
mereka telah bersinar sebab ma’rifat kepada Allah demikian juga sirr / rahasia
mereka telah bersinar disebabkan nur keagungan Allah. Telah bersabda Nabi SAW,
akan hadir suatu masa atas umatku, mereka menjauh dari para ulama dan fuqaha,
maka Allah akan memberikan cobaan kepada mereka dengan tiga cobaan, 1. Allah
akan menghilangkan berkah dari rizkinya. 2. Allah akan mengirim kepada mereka
penguasa yang zalim 3. Mereka akan keluar meninggalkan dunia tanpa membawa iman
kepada Allah Ta’ala Na’udzubiLlahi min dzaalik.
Maqolah 3
Dari Abi Bakar
As-Shiddiq RA (Barang siapa yang memasuki kubur tanpa membawa bekal yaitu
berupa amal shalih maka keadaannya seperti orang yang menyeberangi lautan tanpa
menggunakan perahu). Maka sudahlah pasti ia akan tenggelam dengan se
tenggelam-tenggelamnya dan tidak mungkin akan selamat kecuali mendapatkan
pertolongan oleh orang-orang yang dapat menolongnya.. sebagaimana sabda
Rasulullah SAW, tidaklah seorang mayat yang meninggal itu, melainkan seperti
orang yang tenggelam yang meminta pertolongan.
Maqolah 4
Dari ‘Umar RA,
-dinukilkan dari Syaikh Abdul Mu’thy As-sulamy, sesungguhnya Nabi SAW bertanya
kepada Jibril AS, ‘Beritahukan kepadaku sifat kebaikan sahabat ‘Umar’. Maka
Jibril menjawab, ‘Jika saja lautan dijadikan tinta dan tumbuh-tumbuhan
dijadikan pena niscaya tidak akan uckup melukiskan sifat kebaikannya. Kemudian
Nabi bersabda, beritahukan kepadaku kebaikan sifat Abu Bakar,”. Maka Jibril
menjawab, ”’Umar hanyalah satu kebaikan dari beberapa kebaikan Abu Bakar RA.
‘Umar RA berkata,
(kemuliaan dunia dengan banyaknya harta. Dan kemuliaan akhirat adalah dengan
bagusnya amal). Maksudnya, urusan dunia tidak akan lancar dan sukses kecuali
dengan dukungan harta benda. Demikian pula perkara akhirat tidak akan menjadi
sempuran kecuali dengan amal perbuatan yang baik.
Maqolah 5
Dari ‘Utsman RA.
(menyusahi dunia akan menggelapkan hati. Dan menyusahi akhirat akan menerangkan
hati). Artinya, menyusahi urusan yang berhubungan dengan urusan dunia maka akan
menjadikan hati menjadi gelap. Dan menyusahi perkara yang berhubungan dengan
urusan akhirat akan menjadaikan hati menjadi terang. Yaa Allah jangan jadikan
dunia sebesar-besar perkara yang kami susahi, dan bukan pula puncak ilmu kami.
Maqolah 6
Dari ‘Aly RA wa
KarramaLlaahu Wajhah. (Barang siapa yang mencari ilmu maka surgalah
sesungguhnya yang ia cari. Dan barang siapa yang emncari ma;siyat maka
sesungguhnya nerakalah yang ia cari) Artinya barang siapa yang menyibukkan diri
denagn mencari ilmu yang bermanfaat, yang mana tidak boleh tidak bagi orang
yang aqil baligh untuk mengetahuinya maka pada hakekatnya ia mencari surga dan
mencari ridho Allah SWT. Dan barang siapa yang menginginkan ma’siyat, maka pada
hakekatnya nerakalah yang ia cari, dan kemarahan Allah Ta’ala.
Maqolah 7
Dari Yahya bin Muadz RA.
(Tidak akan durhaka kepada Allah orang-orang yang mulia) yaitu orang yang baik
tingkah lakunya Yaitu mereka yang memuliakan dirinya dengan menghiasinya dengan
taqwa dan menjaga diri dari ma’siyat. (Dan tidak akan memilih dunia dari pada
akhirat orang-orang yang bijaksana) Artinya orang bijak / hakiim tidak akan
mendahulukan atau mengutamakan urusan dunia dari pada urusan akhirat. Adapun
orang hakiim adalah orang yang mencegah dirinya dari pada bertentangan dengan
kebenaran akal sehatnya.
Maqolah 8
Dari A’Masy, naam
lengkapnya adalah Abu Sulaiman bin Mahran AL-Kuufy RA. (Barang siapa yang
bermodalkan taqwa, maka kelulah lidah untuk menyebutkan sifat keberuntungannya
dan barang siapa yang bermodalkan dunia, maka kelulah lidah untuk menyebut
sebagai kerugian dalam hal agamanya). Artinya barang siapa yang bermodalkan
taqwa dengan melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya dimana dasar
dari amal perbuatannya adalah selalu bersesuaian dengan syari’at, maka baginya
pasti mendapatkan kebaikan yang sangat besar tanpa dapat dihitung dalam hal
kebaikan yang diperolehnya.
Dan kebalikannya barang
siapa yang perbuatannya selalu berseberangan dengan hukum syari’at, maka
baginya kerugian yang sangat besar bahkan lidahpun sampai tidak dapat
menyebutkannya.
Maqolah 9
Diriwayatkan dari Sufyan
Atsauri, beliau adalah guru dari Imam Malik RA. ( Setiap ma’siyat yang timbul
dari dorongan syahwat yaitu keinginan yangteramat sangat akan sesuatu maka
dapat diharapkan akan mendapat ampunanNya. Dan setiyap ma’siyat yang timbul
dari takabur atau sombong yaitu mendakwakan diri lebih utama atau mulia dari
yang lain , maka maksiyat yang demikian ini tidak dapat diharapkan akan
mendapat ampunan dari Allah). Karena maksiyat iblis berasal dari ketakaburannya
yang tidak mau hormat kepada Nabi Adam AS atas perintah Allah dimana ia menganggap
dirinya lebih mula dari Nabi Adam AS yang diciptakan dari tanah sedangkan
ia/iblis diciptakan dari api. Dan sesungguhnya kesalahan Nabi
Adam AS adalah karena
keinginannya yang teramat sangat untuk memakan buah yang dilarang oleh Allah
untuk memakannya.
Maqolah 10
Dari sebagian ahli zuhud
yaitu mereka yang menghinakan kenikmatan dunia dan tidak peduli dengan nya akan
tetapi mereka mengambil dunia sekedar dharurah/darurat sesuai kebutuhan
minimumnya. (Barang siapa yang melakukan perbuatan dosa dengan tertawa bangga,
maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka dalam keadaan menangis- karena
seharusnya ia menyesal dan memohon ampunan kepada Allah bukannya berbangga
hati. Dan barang siapa yang ta’at kepada Allah dengan menangis- karena malu
kepada Allah dan Takut kepadaNya karena merasa banyak kekurangan dalam hal
ta’at kepaadNya Maka Allah akan memasukkanNya ke dalam surga dalam keadaan
tertawa gembira. ) dengan sebenar-benar gembira karena mendapatkan apa yang
menjadi tujuannya selama ini yaitu ampunan dari Allah.
Maqolah 11 Maqolah ke
sebelas : dari sebagian ahli hikmah / Aulia’ (Janganlah kamu menyepelekan dosa
yang kecil) kerana dengan selalu menjalankannya maka lama kelamaa akan
tumbuhlah ia menjadi dosa besar. Bahkan terkadang murka Tuhan itu ada pada dosa
yang kecil-kecil.
Maqolah 12
Dari Nabi SAW :
(Tidaklah termasuk dosa kecil apabila dilakukan secara terus menerus) karena
dengan dilakukan secara terus menerus, maka akan menjadi besarlah ia. (Dan
tidaklah termasuk dosa besar apabila disertai dengan taubat dan istighfar)
Yaitu taubat dengan syarat-syaratnya. Karena sesungguhnya taubat dapat
menghapus bekas-bekas dosa yang dilakukan meskipun yang dilakukan tersebut dosa
besar. Hadits ini diriwayatkan oleh Ad-dailamy dari Ibni Abbas RA.
Maqolah 13
(Keinginan orang arifiin
adalah memujiNya) maksudnya keinginan orang ahli ma’rifat adalah memuji Allah
Ta’ala dengan keindahan sifat-sifatnya. (dan keinginan orang-orang zuhud adalah
do’a kepadaNya) yaitu permintaan kepaad Allah sekedar hajat kebutuhannya dari
du nia dengan segenap hatinya, dimana yang dimaksud do’a adalah meminta dengan
merendahkan diri kepadaNya dengan memohon diberi kebaikan kepadanya. (Karena
keinginan orang arif/ ahli ma’rifat dari Tuhannya bukanlah pahala ataupun
surga) sedangkan keinginan orang zuhud adalah untuk kepentingan dirinya
sendiri, yaitu untuk kemanfatan dirinya dari pahala dan surga yang
didapatkannya. Maka demikianleh perbedaan orang yang keinginan hatinya
mendapatkan bidadarii dan orang yang cita-citanya adalah keterbukaab hatinya.
Maqolah 14
(diriwayatkan dari
sebagian hukama’) yaitu orang yang ahli mengobati jiwa manusia, dan mereka
itulah para wali Allah. -(Barang siapa yang menganggap ada pelindung yang lebih
utama dari Allah maka sangat sedikitlah ma’rifatnya kepada Allah) Maknanya
adalah barang siapa yang menganggap ada penolong yang lebih dekat daripada
pertolongan Allah, maka maka sesungguhnya dia belul mengenal Allah. (Danbarang
siapa yang menganggap ada musuh yang lebih berbahaya daripada nafsunya sendiri,
maka sedikitlah ma’rifatnya/pengetahuannya tentang nafsunya) Artinya adalah
brang siapa yang berperasangka ada musuh yang lebih kuat dari pada hawa
nafsunya yang selalu mengajak kepada kejahatan, maka sedikitlah
ma’rifatnya/pengetahuannya akan hawa nafsunya sendiri.
Maqolah 15
Dari Abu Bakar
Ash-Shiddiq RA. Menafsiri firman Allah Ta’ala, “Sungguh telah nyatalah
kerusakan baik di daratan maupun di lautan, maka beliau memberikan tafsirannya
(Yang dimaksud Al-Barr/daratan adalah lisan.
Sedangkan yang dimaksud
Al-Bahr / lautan adalah hati). Apabila lisan telah rusak dikarenakan mengumpat
misalnya, maka akan menangislah diri seseorang / anak cucu adam. Akan tetapi
apabila hati yang rusak disebabkan karena riya’ misalnya, maka akan menangislah
malaikat. Dan diperumpamakan hati/qalb dengan lautan adalah dikarenkan sangat
dalmnya hati itu.
Maqolah 16
(Dikatakan, karena
syahwat maka seorang raja berubah menjadi hamba sahaya/budak) karena
sesungguhnya barang siapa yang mencintai sesuatu maka ia akna menjadi hamba
dari sesuatu yang dicintainya. (dan sabar akan membuat seorang hamba sahaya
berumab menjadi seorang raja) karena seoang hamba dengan kesabarannya akan
memperoleh apa yang ia inginkan. (apakah belum kita ketahui kisah seorang hamba
yang mulia putra seorang yang mulia, putera seorang yang mulia Sayyidina Yusuf
AS Ash-Shiddiq, putera Ya’qub yang penyabar, putera Ishaq yang penyayang,
putera Ibrahim Al-Khalil AS dengan Zulaikha. Sesungguhnya ia zulaikha sangat
cinta kepada Sayyidina Yusuf AS dan Sayyidina Yusuf bersabar dengan
tipudayanya.
Maqolah 17
(Beruntunglah orang yang
menjadikan akalnya sebagai pemimpin) dengan mengikuti petunjuk akalnya yang
sempurna (sedangkan hawa nafsunya menjadi tahanan) (dan celakalah bagi orang
yang menjadikan hawa nafsunya sebagai penguasanya, dengan melepaskannya dalam
menuruti apa yang di inginkannya, sedangkan akalnya menjadi hambanya yaitu akal
tersebut terhalang untuk memikirkan ni’mat Allah dan keagungan ALlah).
Maqolah 18
(Barang siapa yang
meninggalkan perbuatan dosa, maka akan lembutlah hatinya), maka hati tersebut
akan senang menerima nasihat dan ia khusyu’/memperhatikan akan nasihat
tersebut. (Barang siapa yang meninggalkan sesuatu yang haram) baik dalam hal
makanan, pakaian dan yang lainnya (dan ia memakan sesuatu yang halal maka akan
jerniglah pikirannya) didalam bertafakur tentang semua ciptaan Allah yang
menjadi petunjuk akan adanya Allah Ta’ala yang menghidupkan segala sesuatu
setelah kematiannya demikian pula menjadi petunjuk akan keEsaan Allah dan
kekuasaanNya dan ilmuNya. Dan yang demikian ini terjadi apabila ia
mempergunakan fikirannya dan melatih akalnya bahwa Allah SubhanaHu Wata’ala
yang menciptakan dia dari nuthfah di dalam rahim, kemudian menjadi segumpal
darah, kemudian menjadi segumpal daging, kemujdian Allah menjadikan tulang dan
daging dan urat syaraf serta menciptakan anggota badan baginya. Kemudian Alah
memberinya pendengaran, penglihatan dan semua anggota badan, kemudian Allah
memudahkannya keluar sebagai janian dari dalam rahim ibunya, dan memberinya ilham
untuk menyusu ibunya, dan Allah menjadikannya pada awwal kejadian dengan tanpa
gigi gerigi kemudian Allah menumbuhkan gigi tersebut untuknya, kemudian Allah
menanggalkan gigi tersebut pada usia 7 tahun kemudian Allah menumbuhkan kembali
gigi tersebut. Kemudian Allah menjadikan keadaan hambanya selalu berubah dari
kecil kemudian tumbuh menjadi besar dan dari muda berubah menjadi tua renta dan
dari keadaan sehat berubah menjadi sakit. Kemudian Alah menjadikan bagi
hambaNya pada setiap hari mengalami tidur dan jaga demikian pula rambutnya dan
kuku-kukunya manakala ia tanggal maka akan tumbuh lagi seperti semula.
Demikian pula malam dan
siang yang selalu bergantian, apabila hilang yang satu maka akan disusul dengan
timbulnya yang lain. Demikian pula dengan adanya matahari, rembulan,
bintang-bintang dan awan dan hujan yang semuanya datang dan pergi. Demikian
pula bertafakur tentang rembulan yang berkurang pada setiap malamnya, kemudian
menjadi purnama, kemudian berkurang kembali. Seperti itu pula pada gerhana matahari
dan rembulan ketika hilang cahayanya keudian cahaya itu kembali lagi. Kemudian
berfikir tentang bumi yang
gersang lagi tandus maka
Allah menumbuhkannya dengan berbagai macam tanaman, kemudian Allah
menghilangkan lagi tanaman tersebut kemudian menumbuhkannya kembali. Maka kita
akan dapat berkesimpulan bahwa Allah Dzat yang mampu berbuat yang sedemikian
ini tentu mampu untuk menghidupkan sesuatu yang telah mati. Maka wajib bagi
hamba untuk selalu bertafakur pada hal yang demikian sehingga menjadi kuatlah
imannya akan hari kebangkitan setelah kematian, dan pula ia mengetahui bahwa
Allah pasti membangkitkannya da membalas segala amal perbuatannya. Maka dengan
seberapa imannya dari hal yang demikian yang membuat kita bersungguh-sungguh
melaksanakan ta’at atau menjauhi ma’siyat.
Maqolah 19
Telah diwahyukan kepada
sebagian Nabi ( Ta’atlah kepadaKu akan apa yang Aku perintahkan dan janganlah
bermaksiyat kepadaku dari apa yang Aku nasehatkan kepadamu). Artinya dari
nasihat yang dengannya seorang hamba akan mendapatkan kebaikan dan dengan apa
yang dilarang maka seorang hamba akan tehindar dari kerusakan.
Maqolah 20
(Dikatakan sesungguhnya
kesempurnaan akal adalah mengikuti apa yang diridhai Allah dan meninggalkan apa
yang dimurkai Allah). artinya apa saja yang tidak seperti konsep di atas adalah
kegilaan / tak berakal.
Maqolah 21
(Tidak ada keterasingan
bagi orang yang mulia akhlaknya, dan tidak ada tempat yang terhormat bagi
orang-orang yang bodoh ). Artinya seseorang yang bersifat memiliki ilmu dan
amal maka sesungguhnyania akan dihormati diantarea manusia di mana saja berada.
Oleh karena itu di mana saja berada layaknya mereka seperti di negeri sendiri
dan dihormati. Sebaliknya orang yang bodoh adalah kebalikannya meskipun di
negeri sendiri mereka merasa asing.
Maqolah 22
Barang siapa yang baik
dalam keta’atannya kepada Allah maka dia akan terasing diantara manusia).
Artinya orang yang merasa cukup dengan menyibukkan seluruh waktunya untuk ta’at
kepadan Allah maka ia akan terasing diantara manusia.
Maqolah 23
(Dikatakan bahwa gerakan
badan melakukan keta’atan kepada ALlah adalah petunjuk tentang kema’rifatan
seseorang sebagaimana gerakan anggota badan menunjukkan / sebagai dalil adanya
kehidupan di dalamnya). Artinya, bahwa ekspresi ketaatan serang hamba dalam
menjalankan perintah Allah maka yang demikian itu adalah petunjuk /a dalil
kema’rifatannya kepada ALlah. Apabila banyak amal ta’at maka menunjukkan bahwa
banyak pula ma’rifatnya kepada Allah dan apabila sedikit ta’at, maka
menunjukkan pula sedikit ma’rifat, karena sesungguhnya apa yang lahir merupakan
cermin dari apa yang ada di dalam bathin.
Maqolah 24
Nabi SAW bersabda,
(Sumber segala perbuatan dosa adalah cinta dunia,) dan yang dimaksud dari dumia
adalah sesuatu yang lebih dari sekedar kebutuhan. (Dan sumber segala fitnah
adalah mencegah / tidak mau mengeluarkan sepersepuluh dan tidak mau
mengeluarkan zakat).
Maqolah 25
(Mengaku merasa
kekurangan dalam melakukan ta’at adalah selamanya terpuji dan mengakui akan
kekurangan / kelemahan dalam melakukan ta’at adalah tanda-tangda diteimanya
amal tersebut) karena dengan demikian menunjukkan tidak adanya ujub dan takabur
di dalamnya.
Maqolah 26
(Kufur ni’mah adalah
tercela) maksudnya adalah dengan tidak adanya syukur ni’mat menunjukkan
rendahnya nafsu. (dan berteman dengan orang bodoh) yaitu orang yang menempatkan
sesuatu bukan pada tempatnya padahal ia mengetahui akan keburukan sesuatu
tersebut. (adalah keburukan) yaitu tidak membawa berkah . Oleh karena itu
janganlah berteman dengannya disebabkan karena buruknya akhlak / keadaan
tingkah lakunya karena sesungguhnya tabi’at itu dapat menular.
Maqolah 27
Disebutkan dalam
syair….Wahai yang disibukkan oleh dunia Sungguh panjangnya angan-angan telah
menenggelamkan mereka Bukankah mereka selalu dalam keadaan lupa – kepada Allah
Hingga dekatlah ajal bagi mereka Sesungguhnya kematian datangnya mendadak Dan
kubur adalah tempat penyimpanan amal.
Addailamy meriwayatkan
hadits dari RasuluLlah SAW yang bersabda, “Meninggalkan kenikmatan dunia lebih
pahit dari pada sabar, dan lebih berat daripada memukulkan pedang di jalan
Allah. Dan tiada sekali-kali orang mahu meninggalkan kenikmatan dunia melainkan
Allah akan memberi sesuatu seperti yang diberikan kepadapara Syuhada’. Dan
meninggalkan kenikmatan dnia adalah dengan menyedikitkan makan dan kekenyangan,
dan membenci pujian manusia karena sesungguhnya orang yang suka di puji oleh
manusia adalah termasuk mencintai dunia dan kenikmatannya. Dan barang siapa
menginginkan kenikmatan yang sesungguhnya maka hendaklah ia meninggalkan
kenikmatan dunia dan pujian dari manusia”.
Dan Ibnu Majah telah
meriwayatkan sesungguhnya RasuluLlah SAW bersabda, “Barang siapa yang niatnya
adalah untuk akhirat, niscaya Allah akan mengumpulkan kekuatan baginya dan
Allah membuat hatinya menjadi kaya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan
hina. Dan barang siapa yang niatnya dunia maka Allah akan menceraiberaikan
segala urusannya, dan Allah menjadikan kefakiran di depan kedua belah matanya
dan tiadalah dunia akan mendatanginya kecuali apa yang telah tertulis
untuknya”.
Maqolah 28
Dari Aby Bakr Asy-Syibly
RahimahuLlahu Ta’ala, Beliau tinggal di Baghdad, berkawan dengan Syaikh Abul
Qasim Junaidy Al-Baghdady bahkan menjadi murid beliau, dan beliau hidup hingga
usia 87 tahun, wafat pada tahun 334 H dan dimakamkan di Baghdad. Dimana beliau
termasuk pembesar para sufi dan para ‘arif biLlah. Beliau berkata di dalam
munajatnya :
Wahai
Tuhanku…
Sesungguhnya
aku senang
Untuk
mempersembahkan kepadaMu semua kebaikanku
Sementara
aku sangat faqir dan lemah
Oleh
karena itu wahai Tuhanku,
Bagaimana
Engkau tidak senang
Untuk
memberi ampunan kepadaku atas segala kesalahanku
Sementara
Engkau Maha Kaya
Karena
sesungguhnya keburukanku tidak akan membahayakanMu
Dan
kebaikanku tidaklah memberi manfaat bagiMu
Dan sesungguhnya
sebagian orang yang mulia telah memberikan ijazah agar dibaca setelah
melaksanakan shalat Jum’at 7 kali dari bait syair sebagai berikut:
Ilahy
lastu lil firdausi ahla
Walaa
aqway ‘ala naaril jahiimi
Fahably
zallaty wahfir dzunuuby
Fa
innaka ghaafirul dzanbil ‘adziimi
Wa
‘aamilny mu’aamalatal kariimi
Watsabbitny
‘alan nahjil qawwimi
(Hikayat) Sesungguhnya
Syaikh Abu Bakr As-Syibly datang kepada Ibnu Mujaahid. Maka segeralah Ibnu
Mujaahid mendekati As-Syibly dan mencium tempat diantara kedua mata beliau.
Mmaka ditanyakanlah kepada Ibnu Mujaahid akan perbuatannya yang demikian, dan
beliau berkata, “Sesungguhnya aku melihat RasuluLlah SAW di dalam tidur dan
sungguh beliau SAW telah mencium Syaikh Abu Bakr As-Syibly. Ketika itu
berdirilah Nabi SAW di depan as-Syibly dan beliau mencium antara kedua
mataAs-Syibly. Maka aku bertanya, ‘Yaa RasuluLlah, apakah benar engkau berbuat
yang demikian terhadap As-Syibly ?’. RasuluLlah SAW menjawab,
‘benar, sesungguhnya dia
tidak sekali-kali mengerjakan shalat fardhu melainkan setelah itu membaca Laqad
jaa a kum Rasuulum min anfusikum ‘aziizun ‘alaiHi maa ‘anittum chariisun
‘alaikum bil mukminiinarra’uufurrahiim faintawallau faqul chasbiyaLlaahu
laaIlaaha Illa Huwa ‘alaiHi tawakkaltu waHuwa Rabbul ‘Arsyil ‘adziim….setelah itu
dia /As-Syibly mengucapkan salam ShallaLlaahu ‘alaika Yaa Muhammad”. Kemudian
aku tanyakan kepada As-Syibli mengenai apa yang dibacanya setelah shalat
fardhu, maka beliau menjawab seperti bacaan tadi….
Maqolah 29
Telah berka Asy-syibly,
“Apabila engkau menginginkan ketenangan bersama Allah, maka bercerailah dengan
nafsumu.” Artinya tidak menuruti apa yang menjadi keinginannya. Telah
ditanyakan keadaan Asy-Syibly di dalam mimpi setelah beliau wafat, maka beliau
menjawab,’ Allah Ta’ala berfirman kepadaku,’Apakah engkau mengetahui dengan
sebab apa Aku mengampunimu ?’
Maka aku menjawab,
‘Dengan amal baikku”.
Allah Ta’ala
berfirman,’Tidak’.
Aku menjawab, ‘Dengan
ikhlas dalam ubudiyahku ‘.
Allah Ta’ala berfirman,
‘Tidak’.
Aku menjawab,’Dengan
hajiku dan puasaku ?’
Allah Ta’ala berfirman,
‘Tidak’.
Aku menjawab, ‘Dengan
hijrahku mengunjungi orang-orang shaleh untuk mencari ilmu“.
Allah Ta’ala
berfirman,’Tidak’.
Akupun bertanya, ‘Wahai
Tuhanku, kalau begitu dengan apa ?“
Allah Ta’ala menjawab,
‘Apakah engkau ingat ketika engkau berjalan di Baghdad kemudian engkau
mendapati seekor anak kucing yang masih kecil dan lemah karena kedinginan, dan
ia emnggigil karenanya. Kemudian engkau mengambilnya karena rasa kasihan kepada
anak kucing itu dan engkau hangatkan ia ?”
Aku menjawab, ‘Ya’.
Maka berfirmanlah Allah
Ta’ala, ‘Dengan kasih sayangmu kepada anak kucing yang masih kecil itulah Aku
menyayangimu’.
Maqolah 30
Telah berkata
Asy-Syibli, “Jika engkau telah merasakan nikmatnya pertemuan (wushlah – dekat
dengan Allah SWT) niscaya engkau akan mengerti rasa pahitnya perpisahan
(Qathi’ah-yaitu jauh dari Allah Ta’ala) . karena sesungguhnya berjauhan dari
Allah SWT merupakan siksaan yang besar bagi AhluLlah ta’ala. Dan termasuk salah
satu dari do’a SAW adalah ,”Allahummarzuqny ladzatan nadzari ilaa wajhiKal
Kariim, wasyauqu ilaa liqaaiK”. (Yaa Allah berikanlah kepadaku kelezatan dalam
memandang wajah-Mu yang Mulia dan rasa rindu untuk bertemu dengan-Mu)
Maqolah 31
Diriwayatkan dari Nabi
SAW, sesungguhnya Beliau bersabda, “Barang saiapa yang pada waktu pagi hari
(memasuki waktu subuh) dalam keadaan mengadu kepada manusia tentang kesulitan
hidupnya, maka seakanakan ia telah mengadukan Tuhannya. “. Sesungguhnya
pengaduan selayaknya hanya kepada Allah karena pengaduan kesulitan hidup kepada
Allah termasuk do’a. adapun mengadu kepada manusia menunjukkan tidak adanya
ridha dengan pembagian Allah Ta’ala sebagaimana diriwayatkan dari AbdiLlah bin
Mas’ud RA, telah bersabda RasuluLlah SAW, “Maukah kamu semua aku ajari sebuah
kalimat yang diucapkan Musa AS ketika melintasi lautan bersama bani israil ?“.
kami semua menjawab ,”Baik Yaa RasuluLlah”. RasuluLlah SAW bersabda,”Ucapkanlah
kalimat ‘Allahumma laKal hamdu wa ilaiKal Musytakay wa Antal Musta’aan wa laa
haula walaa quwwata illa biLlahil ‘Aliyyil ‘Adhiim” (Yaa Allah segala puji
hanya untuk-Mu, dan hanya kepadamulah tempat mengadu, dan Engkaulah Penolong
dan tiada daya upaya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah Dzat Yang
Maha Tinggi dan Maha Agung. Maka berkatalah Al-A’masy, Tidaklah kami pernah
meninggalkan membaca kalimat tersebut sejak kami mendengarnya dari Syaqiq
Al-Asady Al kuufy.
Barang siapa pada waktu
pagi hari berduka atas perkara duniawi, maka sesungguhnya ia telah marah kepada
tuhannya. Artinya, barang siapa yang bersedih karena urusan dunia, sesungguhnya
ia telah marah kepada Tuhannya, karena ia tidak ridha dengan qadha’ (takdir
Allah) dan tidak bersabar atas cobaan-Nya dan tidak beriman dengan
kekuasaan-Nya. Karena sesungguhnya apa saja yang terjadi di dunia ini adalah
atas qadha Ilahi Ta’ala dan atas kekuasaan-Nya.
Dan barang siapa yang
merendahkan diri kepada orang kaya karena melihat kekayaannya, maka hilanglah
2/3 agamanya. Artinya bahwa disyari’atkannya penghormatan manusia kepada orang
lain adalah karena alasan kebaikan dan ilmunya bukan karena kekayaannya. Karena
sesungguhnya orang yang memuliakan harta, sesungguhnya ia telah menyia-nyiakan
ilmu dan amal shaleh. Telah berkata Sayyidy Syaikh Abdul qadir Al- Jailany RA,
“Tidak boleh tidak bagi seorang muslim pada setiap keadaannya selalu dalam tiga
keadaan, yangpertama melaksanakan perintah, kedua menjauhi larangan, dan ketiga
ridha dengan pembagian Tuhan.” Dan kondisi minimal bagi seorang mukmin adalah
tidak terlepas dari salah satu dari tiga keadaan tersebut di atas, 32. telah
berkata Sayidina Aby Bakar As-Shidiq RA, “Tiga perkara yang tidak akan dapat
diperoleh dengan tiga perkara lainnya. Artinya ada tiga perkara, dimana tiga
perkara tersebut tidak akan dapat diperoleh dengan tiga perkara, yaitu yang
pertama Kekayaan dengan hanya berangan-angan. Sesungguhnya kekayaan tidak dapat
diperoleh hanya dengan berangan-angan akan tetapi dengan pembagian dari Allah.
yang ke dua Muda dengan bersemir. Maka tidak akan dapat diperoleh kemudaan usia
hanya dengan menyemir rambut dan lain sebagainya. Yang ketiga, Kesehatan dengan
obat-obatan.
Maqolah 32
Dari Abu Bakar As-Shidiq
RA, “Tiga perkara tidak dapat di capai/didapatkan dengan tiga perkara lainnya :
1. Kekayaan dengan angan-angan. Artinya tidaklah kekayaan itu dapat diperoleh
hanya dengan berangan-angan tanpa kerja nyata, dan pembagian dari Allah. 2.
Muda usia dengan semir. Artinya tidaklah akan diperoleh keadaan menjadi muda
hanya karena disemirnya rambut dan sebagainya. Akan tetapi orang yang sudah
bertambah usia (tua) tidaklah mungkin berubah menjadi muda kembali meskipun
dengan rambut disemir atau yang lainnya. Dan umur akan terus berjalan hingga
akhirnya habislah umur itu kembali menghadap sang Khaliq. 3. Dan kesehatan
dengan menggunakan obat-obatan. Artinya kesehatan tidak dapat diperoleh dengan
mengkonsumsi obat-obatan
akan tetapi sesuai sunnah Allah harus dengan menjaga diri dengan makanan yang
halal dan olah raga secara teratur serta rajin beribadah.
Maqolah 33
Dari Sahabat Umar RA,
“bersikap kasih sayang dengan manusia adalah setengah dari sempurnanya aka”l.
Sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Hiban dan Thabrani dan Baihaqi dari Jabir
bin abdiLlah dari Naby SAW bersabda, “Berperilaku baik terhadap manusia adalah
shadaqah”. Artinya berperilaku yang baik terhadap manusia melalui ucapan dan
perbuatan pahalanya sama dengan orang yang bersedekah. Dan sebagian dari
suritauladan Naby dalam bersikap baik dalam pergaulan adalah beliau tidak
pernah mencela makanan dan menghardik pelayan dan tidak pernah memukul wanita
termasuk isteri beliau. Dan yang lebih tepat untuk perilaku yang baik ini
adalah meninggalkan kesenangan duniawi karena tuntutan agama. Dan rajn bertanya
(kepada Ulama) adalah setengah dari ilmu. Karena ilmu akan dipeorleh apabila
kita rajin bertanya terhadap segala sesuatu yang kita tidak tahu. Dan rajin
bekerja adalah setengah dari penghidupan. Karena dengan rajin bekerja kita akan
memperoleh rizki sebagai bekal untuk kelangsungan hidup kita.
Maqolah ke 37
Dari Nabi Dawud AS,
Diwahyukan di dalam kitab Zabur, – Wajib bagi orang yang berakal untuk tidak
menyibukkan diri kecuali dalam tiga hal :
1. Mempersiapkan bekal
untuk perjalanan ke akhirat.
2. Bergaul dengan
pergaulan yang baik.
3. Bekerja dengan baik
mencari rizki yang halal untuk bekal ibadah kepada Allah karena mencari rizki
yang halal adalah wajib hukumnya.
Maqolah ke 38
Dari Abu Hurairah RA.
Nama beliau adalah AbduRrahman bin Shakhr. Beliau berkata, telah bersabda Naby
SAW Ada tiga perkara yang menyelamatkan (dari adzab), tiga perkara yang
merusakkan (membawa orang kepada kerusakannya), tiga perkara meningkatkan
derajat (beberapa tingkatan di akhirat), tiga perkara menghapuskan dosa. Adapun
tiga yang menyelamatkan adalah:
1. Takut
kepada Allah dalam keadaan tersembunyi maupun terang-terangan.
2. Sedang
dalam faqir dan kekayaan.
3. Seimbang
dalam ridha dan marah (yaitu Ridha karena Allah dan marah karena Allah).
Adapun (tiga) yang
merusakkan adalah:
1. Bakhil
yang bersangatan (dengan tidak mau memberikan apa yang menjadi hak Allah dan
haq makhluk). Dalam riwayat lain bakhil yang diperturutkan. (Adapun apabila
sifat bakhil itu ada dalam diri seseorang akan tetapi tidak diperturutkan, maka
tidaklah yang demikian ini merusakkan karena sifat bakhil adalah sifat yang
lazim ada pada manusia).
2. Hawa
nafsu yang selalu diikuti.
3. Dan
herannya (‘ujub) manusia terhadap diri sendiri. (Artinya seseorang memandang
dirinya dengan pandangan kesempurnaan dirinya disertai lalai terhadap ni’mat
Allah Ta’ala dan merasa aman dari hilangnya ni’mat itu).
Adapun yang meninggikan
derajat adalah:
1. Menebarkan
salam (artinya menebarkan salam kepada orang lain yang dikenal maupun yang
tidak dikenal).
2. Memberikan
hidangan makanan (kepada tamu atau orang yang menderita kelaparan).
3. Dan
shalat pada waktu malam sedang manusia sedang tertidur lelap (yaitu mengerjakan
shalat tahajud pada tengah malam ketika orang-orang sedang lalai dalam
ni’matnya tidur).
Adapun yang dapat
menghapus dosa adalah :
1. Menyempurnakan
wudhu pada saat yang sulit (artinya menyempurnakan wudhu pada saat udara sangat
dingin dengan menjalankan sunah-sunahnya).
2. Malangkahkan
kaki untuk mengerjakan shalat berjama’ah.
3. Menunggu
shalat sesudah shalat (Untuk mengerjakan shalat berikutnya di masjid yang
sama).
Maqolah ke 39 :
قال جبريل عليه السلام يا محمد عش ما شئت
فئنك ميت, وأحبب من شئت فئنك مفارقة, واعمل ما شئت فئنك مجزى به,
Jibril As berkata, “Ya
Muhammad hiduplah sesuka engkau karena sesungguhnya engkau akan meninggal
dunia. Dan cintailah orang yang engkau suka karena engkau pasti akan berpisah
(disebabkan kematian). Dan beramalah sesuka engkau karena engkau akan di beri
pahala atas amal itu.
Maqolah ke 40 :
قال النبي صل الله عليه وسلم :
ثلاثة نفر يظلھم
الله تحت ظل عرشه
يوم
لاظل الا ظله. المتوضئ فى المكاره, والماشى الى المساجد فى الظلم, ومطعم
الجائع.
Tiga golongan yang akan
mendapatkan naungan الله di bawah naungan ‘arsy-Nya pada hari dimana
tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. 1 orang yang berwudhu pada waktu yang
sangat berat (dingin bersangatan). 2. orang yang pergi ke masjid dalam
kegelapan )untuk mengerjakan shalat berjama’ah). 3. Orang yang memberi makan
orang yang kelaparan.
Maqolah ke 41 :
قيل ابراهيم عليه السلام, "لأي
شيئ اتخذك الله خليلا ؟ قال بثلاثت اشياء : اخترت امر الله تعالى على أمر غيره,
وما له تممت بما تكفل الله لى وما تعيشت وما
تغديت الا مع الضيف
Ditanyakan kepada Nabi
Ibrahim AS, “Dengan sehingga الله menjadikan engkau sebagai kekasih ?” Maka
Ia menjawab, “Dengan tiga hal, Aku memilih melaksanakan perintah الله daripada perintah selain الله . Dan aku tidak bersedih hati atas apa yang
telah الله tanggung untukku (dari rizki). Dan tidak
sekali-kali aku makan malam atau makan pagi kecuali bersama-sama dengan tamu.
Telah diriwayatkan bahwa
Nabi Ibrahim AS berjalan satu mil atau dua mil untuk mencari orang yang mau
dijak makan bersamanya.
Maqolah ke 42 :
عن بعض الحكماء : ثلاثة اشیاء تفرج
الغصص 1 ذكر الله تعالي, 2 ولقاء أوليائه, 3 وكلام الحكماء
Diriwayatkan dari
sebagian ahli hikmah (orang-orang yang pandai mengobati penyakit hati). Tiga
perkara dapat menghilangkan kesusahan. 1 Dzikir kepada الله dengan lafadz apapun seperti banyak membaca
kaliamat لاالھ الاالله dan kalimat لاحولولاقوةالابالله , atau dengan bermunajat kepada-Nya. 2
Bertemu kekasih / Aulia-Nya dari para ulama dan orang-orang saleh. 3
Mendengarkan kalam (nasihat) para hukama’ (orang yang menunjukkan kepada
kebajikan dunia dan akhirat).
Maqolah ke 43
عن حسن البصرى رضي الله عنه : من لا
أدبله لاعلم له, ومن لاصبرله لادين له, ومن لاورع له لازلفى له.
Dari Hasan Al Bashri RA,
Barang siapa yang tidak memiliki adab/etika (kepada الله dan kepada makhluk) maka tiadalah ilmu
baginya. Barang siapa yang tidak memiliki kesabaran (karena menanggung bala’
dan menanggung disakiti oleh makhluk, dan atas beratnya menjahui maksiyat dan
atas melaksanakan kewajiban), maka tiadalah agama baginya. Barang siapa yang
tidak wara’ (dari yang haram dan syubhat) maka tidak ada pujian (martabat)
baginya di hadapan الله dan tiada kedekatan baginya kepada .الله
Sekian ringkasan yang dapat kami sajikan, semoga
bermanfaat di dunia dan Akhirat, Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar